TRANSINDONESIA.CO – Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) mengajak mahasiswa dari seluruh dunia untuk merumuskan solusi demi mengatasi persoalan yang ada di dunia saat ini.
“Para insinyur ditantang untuk menemukan solusi kreatif demi terciptanya pembangunan berkelanjutan,” kata Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) UI Heri Hermansyah di Depok, kemaren.
Selama ini katanya ilmu rekayasa memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan sejarah manusia. Di sisi lain, masalah terus berkembang. Di sinilah ilmu rekayasa sangat berperan dalam melanjutkan kemajuan.
![Kampus UI.(dok)](http://transindonesia.co/wp-content/uploads/2014/10/kampus-ui-depok.jpg)
Untuk itu lanjut Heri FTUI menyelenggarakan International Engineering Student Conference (IESC) 2016. Konferensi terbuka untuk semua mahasiswa fakultas teknik, baik individu maupun kelompok yang berjumlah maksimal lima orang.
IESC 2016 merupakan konferensi internasional pertama yang diselenggarakan oleh FTUI. Acara diselenggarakan di Gedung K, Fakultas Teknik UI pada tanggal 19-20 Agustus 2016. Tema konferensi kali ini adalah `Engineering for Sustainable Development.
Ia mengatakan lebih dari 120 makalah akan dipresentasikan mahasiswa pada konferensi berskala internasional ini. Beberapa makalah berasal dari mancanegara di antaranya dari Malaysia.
Tema makalah bervariasi dan sangat inovatif. Sebut saja, seperti `Smart Door Lock: Anti-Sabotage Room Security System for Restricted Area hingga `The Subtitution of Planting Terrain for Oxygen Producing Plants on High-Rise Building.
UI tengah menggalakkan konferensi tingkat internasional, tidak hanya di level pengajar, melainkan di level mahasiswa.Hal ini sejalan dengan target UI untuk menjadi universitas generasi ketiga (3G University).
Penghargaan akan diberikan pada mereka yang mempresentasikan makalah terbaik dan poster terbaik. Makalah terbaik pertama akan diberi hadiah Rp 10 juta rupiah. Makalah terbaik kedua dan ketiga masing-masing akan memperoleh Rp 7,5 juta dan Rp 5 juta.
Untuk kategori poster terbaik, juara pertama akan mendapat Rp 5 juta. Juara kedua dan ketiga masing-masing akan memperoleh Rp 2,5 juta dan Rp 1 juta.IESC merupakan rangkaian pertama dari 25 konferensi dan undergraduate symposium pada tahun 2016.
Sementara itu Wakil Rektor UI bidang Riset dan Inovasi, Rosari Saleh mengatakan tren global sekarang, universitas kelas dunia sudah bertransformasi tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan riset, melainkan juga sebagai lembaga enterpreuner.
Lembaga universitas generasi ketiga menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bisnis inti dan tujuan utama selain pendidikan dan riset. Untuk bisa bertransformasi menjadi universitas generasi ketiga, sebuah universitas tentu harus memperbaiki kualitas yang ditandai dengan perbaikan peringkatnya.
Pada tahun 2015 lalu peringkat UI adalah 358 di dunia. Di Asia, UI berada pada peringkat 79. Dalam jangka pendek, UI ditargetkan memperbaiki peringkat hingga melampaui Universitas Chulalongkorn Thailand, yang pada tahun 2015 berada pada peringkat 253 dunia dan 53 di Asia.
Jumlah dokumen publikasi sangat berpengaruh pada penentuan peringkat suatu universitas. UI akan mendorong mahasiswa dan dosen untuk menulis publikasi yang terindeks. Sebanyak 1.250 publikasi ditargetkan pada 2016 ini.
“Jumlah ini berasal dari 30 persen mahasiswa post graduate dan 30 persen dosen,” jelas peraih gelar doktor dari Universitaet Marburg, Jerman.
Dikatakannya universitas memfasilitasi dosen dan mahasiswa dalam menyusun penelitian dan menerbitkannya dalam bentuk publikasi terindeks di Scopus maupun Web of Science.
Setiap tahun, fakultas menyelenggarakan dua kali konferensi untuk postgraduate dan dua kali konferensi untuk undergraduate. “Ini untuk menciptakan iklim penelitian dan penulisan publikasi di kalangan mahasiswa sedini mungkin,” ujar ahli nanopartikel ini.[Ant/Sap]