Baik Saja Tidak Cukup

TRANSINDONESIA.CO – Baik sesuatu yang luas dan dapat dimaknai dalam berbagai konteks birokrasi, baik konteksnya adalah profesional (memiliki kompetensi). Birokrasi yang rasional pendekatanya adalah impersonal dan sarat dengan keutamaan.

Mudah orang untuk berbuat baik dan ada apresiasi bagi yang mempunyai integritas dan komitmen serta konsisten berbuat baik.

Tanda-tanda kebaikan ada ukuran atau satandarnya yang dapat dibuktikan indikatornya serta produktifitas serta ukuran kemajuan atau tingkat keberhasilannya.

Ilustrasi
Ilustrasi

Kata baik yang diberikan menjadi suatu prestasi, kebanggaan dan menjadi core value atas budaya birokrasi.

Adakalanya baik tidak cukup, manakala birokrasi yang patrimonial. Mereka menganalogikan birokrasi sebagai mesin yang penuh dengan gigi atau roda bergigi. Bagaimana untuk menggerakan roda itu? Tentu memerlukan power dan untuk melancarkan pergerakanya roda gigi perlu diberi minyak pelumas agar suaranyapun menjadi pas.

Power dalam analogi itu bisa dimaknai ada patronya yang membawa atau sebagai backingnya. Sedangkan untuk melancarkanya diperlukan pelicin inipun merupakan bagian dari upaya mendekatkan secara personal.

Meminta itu juga harus tahu diri untuk memberi sesuatu. Menghadap tentu bukan hanya bawa badan saja, disitulah kita bisa mendekat dan bisa akrab untuk meminta, menentukan bahkan menitipkan.

Begitulah kelihaian dalaam menlancarkan roda birokrasi. Kalaupun tidak berhasil anggap saja kecopetan (kalau sedikit), kalau banyak ya anggap kerampokan.

Baik saja tidak cukup, tatkalaberada di luar ring maka cukup sebagai ganjal saja. Tak ada peluang maupun penghargaan atas kebaikan. Silahkan telan itu kebaikan dan kebanggaan, bisa-bisa mati dalam idealisme.

Begitulah kutukan yang dilontarkan kaum lihai dalam mengendalikan birokrasi. Minyak pelumas saja tidak cukup katanya, tetapi perlu minyak-minyak lainnya juga. Minyak ini dianalogikan sebagai pelicin, upeti, sogokan, uang bayar tukon yang cash and carry.

Baik saja mmg tidak cukup, karena akan terus jalan ditempat sambil merenungi nasib dan menghujat suara tokek …. kecopetan, kerampokan, kecopetan ….[CDL-01072016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment