Revolusi Mental dan Reparasi Jam Karet

TRANSINDONESIA.CO – Waktu bukan sesuatu yang penting? Dengan serentak menjawab dengan lantang menentang, “pentingggggg….!!!!!” Di mulut memang demikian implementasinya  sering diabaikan, walau waktu itu sekali saja dan tidak berulang.

Waktu akan terus berlalu dan melaju meninggalkan siapa saja yang tidak mampu memanfaatkanya. Mental pekerja keras, dalam masyarakat modern sangat menghargai waktu dan terus menghitungnya sebagai refleksi dari profesionalismenya.

Sebaliknya, dalam system-sistem manual konvensional, dengan pendekatan-pendekatan personal yang jauh dari profesional waktu dibuang buangnya hingga menumpuk sia-sia.

Revolusi mental.
Revolusi mental.

Jam karet sebagai penanda waktu mereka memang  molor dianggap sebagai sesuatu yang flexible. Penyia-nyiaan waktu merupakan suatu pembodohan yang merefleksikan tingkat kesadaran, tanggung jawab dan disiplin yang rendah.

Time line menjadi acuan untuk mengukur tingkat kinerja dengan target waktu. Dalam slogan revolusi mental yang paling mendasar dan nampak signifikan kalu sudah bisa berjalan ditunjukkan dari penghargaan atas waktu.

Mulai dari ketepatanya hingga pemanfaatanya. Mampu memanfaatkan dan menempati waktu memerlukan pembangunan sistem secara holistik maupun sistemik. Tidak bisa lagi berbagai alasan pembenar untuk dijadikan slogan pemaaf atas ketidak tepatan dan tersia-sianya waktu.

Tidak tepatnya waktu bisa karena macet, bisa karena mental nggampangke, bisa karena sistem yang tidak mendukung dan banyak hal lainnya.

Demikian halnya pemanfaatan waktu, tanpa ide, kreativitas maka waktu dibiarkan berlalu. Berat mencapainya bila cara berpikir yang cupet (kurang/terlalu nggampangke).

Merevolusi mental dibutuhkan kecerdasan karena salah satu tolok ukurnya dari waktu yang  tepat dan bermanfaat. Waktu bekerja dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kerja.

Bekerja bukan untuk bermain atau memanfaatkan peluang mencari kesempatan dalam kesempitan. Memperbaiki jam karet untuk tidak molor diperlukan profesionalisme (keahlian), kecerdasan sebagai refleksi inovasi dan kreatifitas, moralitas sebagai wujud dari kesadaran, tanggung jawb dan disiplin serta tingkat modernitasnya.[CDL-23052016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment