Cupet Kurang Sesendok

TRANSINDONESIA.CO – Cupet istilah kurang sedikit saja, namun tidak mencukupi dan lucu atau aneh bila dipaksakan. Cupet yang dipaksakan akan ngapret tidak enak dilihat apalagi dirasakan.

Sering dikatakan kurang sesendok bagi orang-orang yang sedikit kurang pas atau ada sedikit hal aneh-aneh yang belum bisa diterima sebagai sebuah kewajaran.

Demikian halnya dalm birokrasi. Cupet dalam pemikiran, cupet dalam pekerjaan,cupet dalm pelayanan semua sudah dilaksanakan, namun tidak enak dilihat apalagi dirasakan. Apalagi produk pemaksaan lebih membingungkan dan bisa saja lebih menyakitkan.

Ilustrasi
Ilustrasi

Birokrasi yang cupet akan direfleksikan kepemimpinan yang cupet. Kebijakanya pating pringkil, pating prethil tidak nyambung satu dengan lainnya. Sulit dikatakan visioner karena semua yang diputuskan karena atas perintah, demi kepentingan ini dan itu, bukan dari mimpi atau keinginan untuk memperbaiki atau membawa kemajuan.

Tatkala yang memerintah lupa, atau kepentinganya hilang tidak nampak maka akan kembali lagi seperti yang dulu. Apa yang dilakukanjg ngapret semua, wagu, bahkan bisa dikatakan saru.

Demikian halnya dalam bidang administrasi dari yang direncanakan sampai dengan yang dipertanggung jawabkan juga pating slawir itadk jelas atau juga parsial. Sarat kepura-puraan dan sekenanya. Aneh lagi karena dengkulnyalah yang merencanakan. Di bidang operasionalpun cupet-cupet apa yang sering dipromosikan sebagai sesuatu yang prima. Bisa bisa pelayananya dikategroikan sebagai malpraktek.

Cupet bukan berarti tidak ada, adahanya kurang sesendok. Kerja sudah ada dan dilaksanakan, hasilnya ada dan bisa dipertanggung jawabkan. Lagi-lagi karena cupet semua serba kurang sesendok.

Dikritik marah, diingatkan tersinggung, diberitahu merasa dilecehkan, bahkan dibantupun tidak merasakan. Birokrasi yang cupet birokrasi yang waton regudag-regudug (nginthili ndoronya), dan dengan lantang membebek wek wek wek wek weeeeekkk … lupa kalau celananya sobek.[CDL-19052016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment