Ratu Adil Ditandai Goro-goro Hadir Setelah Baratayuda

TRANSINDONESIA.CO – Ratu adil makmur dalam kerajaan Hastina Pura setelah Kurawa dan kroni-krpni serta cantrik-cantriknya habis lenyap di Tegal Kurusetra. 

Apakah di era digital ini masih berlaku pola Mahabarata dan Baratauda? Mungkinkah mengalahkan mafia-mafia birokrasi yang sudah mengakar dan merajai di semua lini?

Mereka produk perselingkuhan antara penguasa dengan pengusaha yang sama-sama melakukan aksi untuk menzolimi rakyatnya.

Ilustrasi
Ilustrasi

KKN dijadikan minyak pelumas pergerakan roda-roda birokrasi dalam pelayanan publik. Ruang-ruang strategis diduduki kaum kroni dan cantrik-cantrik untuk melanggengkan dan melancarkan berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang.

Kaum Kurawa yang dipimpin Duryudana melakukan aksi-aksinya yang sarat dengan tipu daya dan tabiat buruk, merekapun merajalela di mana-mana.

Mengambil hak orang lain dengan memaksakan dan terus merasa paling benar sehingga memicu Baratayuda.
Akankah kaum mapan dan nyaman memicu Baratayuda dalam birokrasi? Menunggu satria-satria sekelas pandawa yang berani melawan dan menyatakan perang.

Selama takut dan masih ingin selamat dan agar ikut kebagian pasti akan cium tangan sungkem sendiko dhawuh.

Kaum safety player biasanya sok-sokan, apatis, empaty rendah, ekslusif bahkan menjadi kegeden rumongso. Ego dan mendeklarasikan rumongso biso dan bukan biso rumongso. Tatkala patronnya ganti dan pensiun bagai wayang ilang gapite.

Tatkala menjabat gila bagai raja diraja, sebaliknya tatkala tidak menjabat perilakunya sudah tak beda dengan orang gila.

Sama-sama lupa diri menjadi kemaruk dan saat tiada jabatan lupa diri hilang kehormatan.

Baratayuda mampu menumpas kurawa (simbol mafia dan angkara murka) namun tetapi menyisakan duka lara.
Gugurnya Bisma, Dorna, Gatut Kaca, Irawan, Karna dan banyak lagi kaum ksatria dan rakyat yang menjadi pasukan tentara pihak Pandawa maupun Kurawa.

Akankah memperbaiki dengam melalui Baratayuda?

Kita tidak bisa tahu mana salah mana yang benar dalm konteks kehidupan. Dalam kitab Bhagawadgita ditunjukan kebenaran dan jalan menuju kebenaran walau harus melalui perang dan memerangi kejahatan serta angkara murka yang ditandai dengan goro-goro.[CDL-30042016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment