Pawitan Golek Balen: Pasar Kekuasaan Antara Ada dan Tiada

TRANSINDONESIA.CO – Memberi pancingan untuk mendapat kekuasaan, setelah berkuasa berusaha kembali modal. Pendekatan uang menjadi trend dalam lingkungan yang sarat KKN.

Pasar kekuasaan menjadi ramai tatkala akan ada suksesi hingga pergeseran posisi-posisi yang dianggap strategis. Dari menabur isu, mencari cantelan di atas untuk meminta ijin, mendapat restu dan dukungan serta perlindungan.

Pasar dalam operasionalnya ada kelompok-kelompok preman yang menguasai kelancaran operasional.

Demikian halnya pasar kekuasaan akan ada kelompok-kelompok preman dari yang mendaftar sampai penghubung kepenentunya.

Ilustrasi
Ilustrasi

Gurita pasar kekuasaan ada table dan tarifnya. Penghitungan untung rugi kembali modal menjadi model interaksi dan operasional taburan modal dan pengembaliannya.

Pasar kekuasaan ini bagai pasar jin atau mahkluk halus tidak nampak namun ada. Susah dibuktikan namun bisa dirasakan. Tidak ada pengakuan namun ada yang mengeluhkan. Semua bagai baying-bayang tidak tersurat namun tersirat, tidak wajib namun menjadi persyaratan untuk langgeng dan selamat.

Siapa melawan akan kena kutukan. Kutukan bukan karena dosa namun akan dijatuhkan, setidaknya akan di promo singkirkan. Siapa manut akan selalu katut, siapa membangkang akan ditendang.

Pasar kekuasaan antara ada dan tiada, tidak diijinkan namun dibutuhkan dalam bisnis. Yang dimulai dari modal dan perhitungan untung rugi setidaknya BEPnya akan tepat waktu, tidak dalam waktu lama.

Pengelola pasar, pedagang, penghuni hingga para pelangganya tidak ada yang berani berterus terang. Tatkala berhasil cukup dengan senyuman dan menyerahkan buluh bekti glondong pangareng areng. Bagi yang kalah atau tidak mendapatkan paling-paling teriak “aku kecopetan ……..”. Monggo tumut pasaran nopo mboten…..[CDL-20042016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share