Profesionalisme: Antara Kaliren dan Krekesan
TRANSINDONESIA.CO – Mimpi hidup bersama dalam sebuah ikatan keluarga sampai berbangsa dan bernegara adalah hidup sejahtera. Kesejahteraan yang ditandai pada system-sistem kehidupan sosial dapat dirasakan adanya pelayanan-pelayanan yang prima.
Pelayanan prima adalah cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses disegala bidang kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam hidup bersaama ada banyak faktor penghubung antara satu kepentingan dengan kepentingan lainnya yang merupakan suatu sistem.
Pada sistem-sistem pelayanan publik inilah dilayani oleh birokrasi dan dibuatlah kesepakatan yang mengatur/menata agar hidup manusia bersatu dalam kelompok-kelompok dapat mencapai hidup sejahtera.
Dari pemikiran tersebut dapat dipahami untuk menggerakkan roda-roda kehidupan dalam kelompok perlu sumber daya. Sumber daya inilah yang dihasilkan dari berbagai aktifitas masyarakat yang menjadi produktif.
Tatkala aturan tidak menunjukan suatu kemampuan untuk menjaga dan memelihara sumber daya maka ketidak adilan, KKN, konflik bermunculan. Karena sumber daya akar dari konflik mulai dari jalanan sampai kebijakan.
Perebutan-perebutan sumber daya ini ini menjadi refleksi tingkat kemajuan dan kemapanan suatu kelompok manusia yang bersepakat hidup bersama. Yang ditunjukan dari kualitas pelayanan kepada publik oleh birokrasi-birokrasi penyelenggara negara.
Orang Jawa mengatakan, “benno kaliren ojo krekesan”. Maknanya adalah walau kelaparan jangan mencari makan/makan sembarangan. Karena bisa berdampak pada timbulnya penyakit dan bisa menjaga harga diri walau penuh keterbatasan dan kekurangan.
Tatkala tidak lagi dikategorikan kaliren masih krekesan, merupakan refleksi hilangnya harga diri. Harga diri dalam melayani publik semestinya pada kemampuan memberikan pelayanan prima dan adanya kepuasan serta kepercayaan masyarakat. Profesionalisme refleksi terpelihara dengan baik tidak dibiarkan kaliren dan krekesan.[CDL-11042016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana