Kisah Shandra Woworuntu Korban Perbudakan Seks di Amerika [10]

TRANSINDONESIA.CO – Saat Shandra Woworuntu menginjakkan kakinya di AS, ia berharap bisa memulai karir baru di industri perhotelan. Namun ia justru dijerumuskan ke dunia prostitusi dan perbudakan seksual, dipaksa mengkonsumsi obat-obatan dan mengalami kekerasan.

Setelah berhasil kabur, polisi mengabaikan laporannya, dan Konsulat RI juga menolak memberinya bantuan hingga ia jadi gelandangan. Kisah ini mungkin akan tak tertahankan bagi sebagian pembaca, seperti dilansir dari bbc.com, berikut penuturan Shandra;

Ketika saya melihat perempuan-perempuan itu keluar dari bangunan itu. telanjang dan hanya berbalut handuk, itu adalah momen terhebat dalam hidup saya. Melahirkan adalah sebuah keajaiban, ya, tapi tidak ada yang bisa membandingkan emosi yang saya alami ketika melihat teman-teman mendapatkan lagi kebebasan mereka. Dalam kilatan lampu biru dan merah dari mobil-mobil polisi, kami menari, berteriak, menjerit kegirangan!

Shandra Woworuntu
Shandra Woworuntu

Johnny didakwa dan akhirnya ditahan, seperti dua orang pria lainnya yang ditangkap pada hari-hari berikutnya. Kendati begitu, saya masih membutuhkan dukungan, dan kesempatan untuk menyembuhkan diri.

FBI menghubungkan saya dengan Safe Horizon, sebuah organisasi di New York yang membantu korban-korban kejahatan dan pelecehan, termasuk korban perdagangan manusia. Mereka membantu saya untuk tinggal di Amerika Serikat secara legal, memberi saya tempat tinggal dan menghubungkan saya dengan lembaga-lembaga yang bisa mengusahakan pekerjaan.

Saya bisa kembali ke keluarga saya di Indonesia, namun FBI memerlukan kesaksian saya untuk menghadapi para sindikat perdagangan manusia, dan saya benar-benar menginginkan mereka dipenjara. Ternyata prosesnya memakan waktu selama bertahun-tahun.

Di Indonesia, para sindikat datang mencari saya di rumah ibu saya, ia dan putri saya harus bersembunyi. Orang-orang itu sudah lama mencari saya. Bahaya besar mengancam putri saya, namun akhirnya pemerintah AS dan Safe Horizon mempertemukan kami kembali pada tahun 2004, setelah mengijinkan putri saya untuk terbang ke Amerika.

Sebagai imbalan karena telah membantu pemerintah, pada tahun 2010 saya diberi izin untuk menetap di Amerika. Pada saat itu, mereka bilang saya bisa memilih nama baru, untuk keselamatan saya sendiri. Tapi saya memutuskan untuk tetap memakai nama lama Shandra Woworuntu. Ini nama saya. Para sindikat itu telah mengambil semua yang saya miliki – lalu mengapa saya harus menyerah dengan mengganti nama?

Beberapa tahun setelah pelarian, saya mulai merasakan rasa sakit dan mati rasa pada persendian Saya mengalami masalah di kulit dan sakit migren parah.

Setelah melalui banyak tes, para dokter menyarankan saya menemui psikiater atas apa yang sudah saya alami.

Meski sudah 15 tahun berlalu, tapi saya masih kesulitan tidur malam. Hubungan dengan pria pun masih jauh dari normal. Saya masih mengunjungi terapis setiap minggu, dan psikiater, setiap dua minggu sekali, untuk memperoleh obat-obat anti-depresan.

Saya masih teringat masa lalu, sepanjang waktu. Bau wiski membuat saya muntah dan jika saya mendengar nada dering tertentu – bunyi telepon genggam mucikari saya – tubuh saya menegang disertai rasa takut. Wajah-wajah di keramaian begitu menakutkan – bayangan-bayangan itu muncul sesaat, dan saya hancur berkeping-keping.[Nik]

Share