Kenikmatan Dunia Virtual dan Petaka Dunia Aktual

TRANSINDONESIA.CO – Di era digital orang mulai hidup di balik layar, alam virtual menjadi aktual, yang maya kini sudah menjadi nyata.

Kemudahan, kecepatan membawa kenikmatan yang didukung system-sistem jejaring elektronik menjadi penguat system-sistem online atau terhubung.

Dalam kehidupan di balik layar sekarang ini boleh dikatakan hampir semua bagian data, kebijakan, informasi dan sebagainya semua ada di balik layar. Bahkah kejahatan-kejahatan pun bisa dilakukan di balik layar.

Ilustrasi
Ilustrasi

Orang-orang yang bekerja dalam dunia nyata kini semakin terpojok dan tersisih seakan mereka menjadi tenaga-tenaga kasar yang menjadi pesuruh untuk mengaktualkan apa yang ada dalam dunia virtual.

Mereka yang ada di lapangan seakan seperti dalam kontrol dan pengendalian, mereka seperti pion-pion catur saja.

Penghargaan atas keringat dan kerja keras mereka akan semakin mudah mungkin bahkan akan luntur. Dunia nyata seakan menjadi belantara saja, yang menjadi kasta rendah atau bahkan menjadi bagian yang terpisah satu sama lainnya.

Segala yang konvensional akankah ditinggalkan dan dianggap salah atau tidak up to date lagi? Tentu tidak, karena dunia nyata akan menjadi fakta bagi yang impikan dan diprogramkan dalm dunia virtual.

Prediksi-prediksi akan konflik antara yang aktual dengan yang virtual semestinya sudah mulai disiapkan atau setidaknya mereduksi kemungkinan hancurnya peradaban konvensional yang akan diubah dengan peradaban digital.

Benturan peradaban ini akan terus terjadi sampai suatu ketika tatkala sudah tidak mampu diatasi akan terjadilah konflik fisik sebagai suatu keniscayaan yang tak terelakan. Anti kemajuan atau anti teknologipun akan bisa terjadi dan benturan kepentingan akan terus terjadi di semua lini.

Banyak film, cerita atau fiksi yang menggambarkan atau menunjukan akhir dari peradaban atau benturan teknologi dengan dunia nyata. Penjajahan atas kebudayaan pun bisa terjadi.

Sinergitas antara virtual dengan aktual sejak awal mula sudah diprogramkan menjadi suatu sistem yang saling mendukung dan menguatkan. Kepentingan, pengkastaan dan pendiskriminasian antar golongan tidak boleh terjadi, karena akan menjadi isu pembenar untuk perebutan sumber daya.[CDL-26032016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment