Birokrasi Sepuh dengan Cara Kerja Usang
TRANSINDONESIA.CO – Birokrasi di era digital dituntut dinamis secepat perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang dilayaninnya. Tatkala birokrasi mash dengan pola-pola konvensional dan manual serta parsial yang sarat dengan aturan yang justru menghambat kemajuan.
Masih terus mengutamakan status quo dan bertahtanya kaum-kaum nyaman yang jauh dari standar-stnadar profesional. Cepat atau lambat birokrasi akan menjadi usang dan bisa saja tidak dipercaya bahkan ditinggalkan.
Beberapa hal yang menyebabkan keusangan birokrasi antara lain, 1. Pola kerja yang manual dan tidak visioner dikarekana belum optimalnya sistem back office, aplikasi dan networknya.
2.Sistem kompetensi yang tergeser dengan sistem urut kacang atau senioritas dan klik dalam pola pengkaderanya, 3.Pola kerja yang manual, sehingga KPI (key performance indikator), target, achievement dan analisisnya tidak dapat diperoleh dengan cepat, tepat, akurat. 4.Pemimpin yang dari waktu kewaktu terus dikuasai kaum sepuh dan kepemimpinannya dengan pola patrimonial yang tidak visioner. 5.Core valuenya (kebanggaan dan penghormatan) pada kekuasaan (jabatan basah atau strategis), 6. Sebagai produk-poduk pendekatan personal dan karakter dan kompetensi SDM yang rendah dan sistem kompetensi yang tidak sehat.
Keusangan birokrasi akan berdampak pada tingkat kualitas pelayanan yang jauh dari memuaskan bahkan dapat dimungkinkan sarat dengan penyimpangan.
Produk-produk kinerja yang tidak ada rekomendasi untuk pencegahan, perbaikan, peningkatan maupun pembangunan. Proses penyelesaian masalah yang reaktif ala pemadam kebakaran. Solusi atas birokrasi sepuh dan usang adalah menjawab ke-6 point tersebut diatas sebagai solusi-solusi penyegaran dan penyehatan birokrasi.[CDL-16032016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana