Astronot AS: Atmosfer Bumi Kelihatan Rapuh

TRANSINDONESIA.CO – Astronot Scot Kelly pada Jumat (4/3/2016) telah kembali dari misi perjalanan luar angkasa terlama di Amerika Serikat dengan sakit otot, nyeri sendi dan kulit menjadi sensitif terlebih setelah dia pergi selama setahun lebih.

“Seperti aku akan tinggal di sana selamanya,” kata Kelly kepada wartawan di Pusat Luar Angkasa Johnson di Houston dan melewati telepon selama konferensi pers pertamanya sejak kembali dari 340 hari di Kapal Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Misi Kelly, yang berada di stasiun dua kali lebih lama dibandingkan astronot biasanya, menjadi bagian dari program menemukan jalan dan memepersiapkan misi perjalanan manusia ke Mars yang akan berlangsung lebih dari dua tahun.

Atmosfer bumi (ilustrasi)
Atmosfer bumi (ilustrasi)

Kelly, seorang kawakan dari tiga penerbangan angkasa sebelumnya, mengatakan awalnya merasa baik setelah mendarat di Kazakhstan, pada Selasa, tetapi kemudian kelelahan dan nyeri otot cepat diatur dalam. “Aku terkejut bagaimana merasa berbeda secara fisik dibandingkan terakhir kali, dengan nyeri otot dan sendi. Itu adalah sesuatu yang tidak terduga,” kata Kelly.

Astronot 52 tahun itu menambahkan dia harus merasakan sensasi terbakar pada kulitnya yang semakin sensitif.

Kelly dan teman kerjanya melakukan lebih dari 450 percobaan selama penerbangan luar angkasa, yang jauh melibihi penerbangan luar angkasa AS sebelumnya yaitu 215 hari.

Empat kosmonot dari era Soviet tinggal di orbit lebih lama lagi di stasiun yang tidak lagi beroperasi Mir, termasuk misi yang berlangsung hampir 438 hari yang berakhir Maret 1995.

Kelly mengatakan sulit berada jauh dari keluarga dan teman, tetapi dia bisa tinggal lebih lama. “Apakah itu ilmu pengetahuan atau pergi ke tempat tertentu, saya pikir orang bersemangat pada kesempatan itu jika kau melakukan hal yang penting,” kata Kelly.

“Jika pergi ke Mars membutuhkan waktu dua tahun atau dua setengah tahun, hal itu bisa dilakukan.”

Seperti kebanyakan pengelana angakasa, Kelly kembali ke Bumi dengan keprihatinan terhadap kerapuhan planet biru ini.

“Kau dapat melihat banyak polusi di banyak bagian Asia yang jadi terus menerus. Kau tidak dapat benar-benar melihat tanah dengan jelas. Dan kebakaran di California selama musim panas, yang asapnya menyebar cukup luas. Namun hal yang utama adalah Anda tahu betapa tipisnya atmosfir bumi, bagaimana kelihatan rapuh. Dikombinasikan dengan luasnya polusi menjadi hal yang mengkahwatirkan,” kata Kelly.

Kelly akan menjalani deretan medis, psikologi dan tes lainnya sekitar satu tahun lamanya sehingga para ilmuwan bisa mempelajari lebih lanjut tentang dampak tubuh dan pikiran manusia selama menjalani penerbangan luar angkasa.

Saudara kembar identiknya, mantan astronot Mark Kelly, juga berpartisipasi dalam penelitian untuk melihat kemungkinan perubahan genetik dari perjalanan angkasa, yang mungkin berpengaruh pada penelitian kanker, kata John Charles, yang mengawasi program penelitian manusia NASA.

“Saya yakin dengan mengatakan bahwa hal itu akan mempengaruhi bagaimana kita memahami kanker,” kata Charles.

Kelly dan kembarannya bertemu pada Rabu. Kemudian, pada saat itu, tinggi Kelly bertambah 3,8 cm sebagai hasil berkembangya tulang belakang pada mikrografitasi telah berbalik. “Dia telah menyusut ke tinggi normal,” kata Mark Kelly kepada wartawan.[Ant/San]

Share