Mengenang 105 Tahun Raja Penyair Tengku Amir Hamzah
TRANSINDONESIA.CO – Jika bangsa Jerman membanggakan sastrawan Goethe, bangsa Indonesia tak usah segan membanggakan putra terbaik Melayu yang Pahlawan Nasional, Raja Penyair Pujangga Baru, Tokoh Pergerakan Kemerdekaan: Tengku Amir Hamzah.
Rasa bangga terhadap Kubusu, nama sayang Amir Hamzah, yang lahir di Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara, 28 Februari 1911 tepat dan beralasan kuat. Tidak hanya sebab tenaga kata yang terpancar dari syair-syairnya yang masyhur melewati batas negeri, namun pemihakan penuh “Pangeran dari Seberang” yang berwajah santun itu pada nasionalisme dan pergerakan kemerdekaan.
Sosok Amir Hamzah patut dijadikan idola dan panutan. Walau berumur tidak terlalu panjang, dia bukan sembarang pemuda, meskipun dalam menyebutkan dirinya sekadar “bujang Melayu” dan “Anak Langkat musyafir lata” dalam syairnya.
Namun “Pangerang dari Seberang” asal Tanjungpura, Langkat itu tokoh pemuda yang pernah menjabat Sekretaris Utama Perkumpulan Indonesia Muda yang membuatnya sibuk dalam gegap pergerakan kebangsaan.
Amir Hamzah pemuda bersantun tinggi yang disebut sastrawan HB. Jassin “berwajah dan berhati lembut” tak cuma pandai merangkai syair, namun tulen dalam kadar nasionalisme. Geliatnya dalam pergerakan kemerdekaan berbalas manis anugerah gelar Pahlawan Nasional menurut SK Presiden RI Nomor 106/Tahun 1975, tanggal 3 November 1975.
Kini, raga fisiknya sudah tiada. Namun buah pikiran dan renungan batin lewat kumpulan syairnya masih hadir menggema dan banyak dikagumi khalayak. Mengenang 105 tahun hari lahir Amir Hamzah, berikut jasa dan dedikasinya kepada sastra dan pergerakan kebangsaan, digelar acara sederhana pembacaan sejarah KuBusu di kota kelahirannya Tanjungpura. Acara semakin bersuasana khidmat tersebab berlangsung di pekarangan Mesjid Azizi yang molek dan kokoh, persis sehala di bagian hadapan pusaranya.
Acara bertitel “Mengenang 105 Tahun Pahlawan Nasional T.Amir Hamzah – Raja Penyair Pujangga Baru Tokoh Pergerakan Kemerdekaan” itu dirancang pemuda yang bergabung dalam Ikatan Putra Putri Amir Hamzah (IPPA) Tanjungpura. Hadir di acara itu Kerapatan Adat Kesulthanan Negeri Langkat, Sulthan Langkat DYMM Tuanku T. Awar Aziz, berikut Kedatukan dan Kejeruan, dan tokoh-tokoh Melayu Langkat. Tampil pula Dato Seri Prof. DR.Ir. Djohar Arifin tokoh Melayu yang mantan Ketua Umum PSSI, Suryanto Camat Tanjung Pura, pejabat sipil dan militer, dan segenap unsur pemuda dan pelajar di Tanjungpura. M Abdallah Sekretaris Panitia kepada TransIndnesia.co mengabarkan, “Acara dimulai dengan penuturan sejarah singkat Amir Hamzah, dituturkan langsung Dato Seri Prof.DR. Ir. Djohar Arifin”.
Tak hanya itu, “Pembacaan puisi ‘Buah Rindu’ karya termasyhur Amir Hamzah dibacakan Alfazira, pelajar MAN 2 Tanjungpura”, jelas M. Abdallah, Abizar al Ghafari dan Muhammad Jamil, ketiganya tokoh muda Melayu Langkat.
Amir Hamzah tak hanya penyair dan pahlawan nasional, namun pelajar hukum dan penggiat keadilan. Djohar Arifin Husein dalam bukunya “Tengku Amir Hamzah – Tokoh Pergerakan Nasional, Konseptor Sumpah Pemuda, Pangeran Pembela Rakyat”, menuliskan bagaimana Amir Hamzah peduli rakyat kecil dan membela rakyat yang terjerat masalah hukum. “Banyak rakyat kecil yang dibelanya”, tulis Djohar Arifin.
Masih dalam rangkaian acara Mengenang 105 Tahun Amir Hamzah, suasana mengharukan dan penuh hidmat tersaji setakat Sulthan Langkat DYMM Tuanku T. Azwar Aziz berkenan memberikan titah dan pidato. Dengan suaranya yang lembut namun kuat bertenaga dan berwibawa, menurunkan kalimat titahnya yang membangkitkan suasana hening bercampur haru dirasakan peserta upacara.
Menurut keterangan M. Abdallah yang hadir acara itu, “Terlihat Sulthan Langkat tak sanggup menahan air mata dan menangis tersedu mengingat sadisnya perlakuan pada Maret kelam tahun 1946 yang meluluh lantakkan seluruh kesultanan Sumatera Timur termasuk Langkat dan Amir Hamzah”.
Di bagian akhir helat mengenang 105 tahun Amir Hamzah di kota Tanjungpura yang religius, alunan bacaan doa dilantunan dan disempurnakan dengan prosesi tabur bunga di pusara Amir Hamzah yang dimulakan dari Sulthan Langkat DYMM Tuanku T. Azwar Aziz dan diikuti seluruh peserta acara.
Goethe dan Amir Hamzah
Mengenang 105 tahun raja penyair pujangga baru dan pahlawan nasional Amir Hamzah, tak usah segan mengambil titik keserupaan Amir Hamzah dengan sastrawan ternama asal Jerman Goethe, lengkapnya Johann Wolfgang von Goethe. Keduanya sama-sama sastrawan penyair yang sengaja mempelajari dan mengeluti hukum.
Dari jejak sejarahnya, Amir Hamzah bukan hanya penyair semata. KuBusu pernah belajar hukum di Recht Hoge Scholl (1933), setamat sekolah AMS Solo tahun 1932. Kawan-kawan seangkatannya: Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane. Tak hanya belajar hukum, di sanalah Amir Hamzah mendirikan majalah Pujangga Baru dan mengelolanya, hingga pecah perang dunia kedua.
Sekolah hukum dilaluinya sampai tingkat kandidat atau predikat C2, Amir Hamzah dipanggil pulang kembali ke negeri Langkat. Disamping menjadi Kepala Luhak Langkat Hulu, beliau pernah pula menjabat Kepala Mahkamah Kerajaan.
“Ada keserupaan jejak hidup figur Amir Hamzah dengan Goethe. Sama-sama sastrawan penyair yang berpengaruh dan turut pula mempelajari hukum”, kata Muhamamd Joni, advokat yang menulis “Andai Amir Hamzah Advokat” untuk TransIndonesia.co.
Diwartakan, Goethe yang dilahirkan 28 Agustus 1749 di kota Frankfurt tercatat sastrawan berpengaruh di Eropah. Karyanya sumber inspirasi utama dalam musik, drama, dan puisi. Jangan heran nama Goethe diabadikan sebagai nama universitas negeri di kota kelahirannya, Universitas Goethe, Frankfurt. Seakan hendak menanamkan kesan, mereguk keindahan sastra bisa meningkatkan derajat kecerdasan insan.
Mirip Gothe, nama Amir Hamzah diambil untuk berbagai situs penting. Diantaranya Masjid di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin, 7 Januari 1977. Sayang, masjid itu sudah diruntuhkan namun belum dibangun lagi.
Namanya juga ditabalkan untuk taman kota di Jakarta Pusat, nama perguruan tinggi di Medan, nama jalan di kota-kota besar dan nama stadion sepak bola. Bahkan nama gedung pusat kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, Malaysia, negeri di mana nama Amir Hamzah meluas masyhur di negeri semenjung sana.[Mj1]