Uber China Rugi Rp13,5 T

TRANSINDONESIA.CO – Layanan transportasi berbasis aplikasi Uber merugi sebesar Rp13,5 trilliun dalam setahun di China, akibat ‘persaingan sengit’.

Kerugian itu diungkapkan CEO Uber, Travis Kalanick, dalam sebuah acara tertutup di Vancouver, seperti dilaporkan situs berita teknologi Kanada Betakit. Dan Uber China sudah memastikan nilai kerugian Rp13,5 trilliun kepada kantor berita Reuters.

Perusahaan yang berkantor pusat di AS ini diluncurkan di China pada 2014 dan bersaing dengan taksi berbasis aplikasi lokal, Didi Kuaidi.

Uber dapat digunakan dilebih dari 40 kota di China, dan tahun lalu mengumumkan akan memperluas jangkauan ke 100 kota di Cina dalam waktu 12 bulan.

“Kami mendapatkan keuntungan di AS, tetapi kami kehilangan Rp13,5 triliun (US$1 miliar) dalam setahun di China,” kata Kalanick seperti dikutip Betakit.

Uber China.[Ist]
Uber China.[Ist]
Persaingan harga

Dia menggambarkan China sebagai pasar internasional terbesar bagi perusahaan itu namun pangsa pasar Uber di negara itu sangat kecil jika dibandingkan dengan Didi Kuaidi.

“Kami memiliki pesaing yang sengit sehingga tidak menguntungkan di setiap kota yang ada mereka dan mereka memberikan harga yang rendah dari pasar,” kata dia.

Sebelumnya, Kalanick mengatakan pasar perusahaannya di China meningkat dari 1% pada awal 2015 lalu menjadi 30% sampai 35%.

Didi Kuaidi -yang didukung oleh perusahaan teknologi raksasa di China Tencent dan Alibaba- juga bermitra dengan pesaing Uber AS yaitu Lyft.

Kalanick mengatakan baru-baru ini dia meningkatkan modal Rp2,7 trilliun untuk membantu perusahaannya bersaing di pasar yang masih longgar. Layanan Uber diakui sudah teredia di 380 kota di seluruh dunia.[Bbc/Nov]

Share
Leave a comment