Kewaspadaan Nasional

TRANSINDONESIA.CO – Kewaspadaan nasional merupakan suatu kemampuan suatu bangsa didalam menangani berbagai ancaman, hambatan, tantangan bahkan gangguan nyata baik secara idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan maupun keselamatan dari dalam negeri dan luar negeri.

Kemampuan suatu bangsa yang dikatakan waspada indikatornya adalah:

  1. Memiliki kepekaan berbagai potensi-potensi yang dapat mengganggu permasalahan secara idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan maupun keselamatan dari dalam negeri maupun luar negeri. Kepekaan ini diperoleh karena kemampuannya untuk melihat, menangkap dan mecatatat,menadata serta menganalisa signal-signal berbagai potensi dari masa lalu, masa kini maupun di masa datang baik secara teknologi modern, manual, konvensional. Dijadikan sebagai produk untuk bertindak baik sebagai pencegah, menangani saat kejadian dan mereabilitasi pasca kejadian.
  2. Kepedulian menindaklanjuti apa yang sudah ditangkap, dianalisa dan produk-produk dihasilkan secara management maupun operasional untuk mencegah, menagani hingga merehabilitasi sehingga dibangun system-sistem yang sinergis antar pemangku kepentingan melalui sistem K3i (komunikasi, koordinasi, komando dan pengendalian serta informasi) yang terhubung secara online didukung adanya back office, aplikasi maupun network.
  3. Memiliki kemutakiran teknologi dan managemen serta SDM yang unggul dibangun dalam sistem terhubung (online) serta mampu mengatasi dan bertahan, bahkan menyerang siapapun yang mengancam, menghambat, merusak bahkan akan mematikan system sosial kemasyarakatan. Konteks ini tentu saja bukan hanya sebagai pengguna tetapai bisa sebagai penemu dan kreator sumber-sumber daya dn energi baru yang selalu up to date.
  4. Memiliki berbagai keunggulan yang patut dibanggakan, dipercaya dan diperhitungkan bangsa-bangs lain atau para perusuh dari dalam negeri.

Keempat hal inilah yang seyogyanya mendapat dukungan secara politis dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan lainya dan dikelola dalam sistem-sistem negara yang demokratis.

Ilustrasi
Ilustrasi

Keamanan

Apa yang diperebutkan? Keamanan ternyata menjadi sumber daya besar yang dilirik dan diperebutkan dalam implementasinya.

Perebutan ini dimulai dari pemahaman konsep (K) besar dan (k) kecil, keamanan bagian dari ketahanan dan kedaulatan.

Keamanan memang mnejadi dasar bagi masyarakat untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang, yang bermakna bahwa keamanan adalah bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dengan demikian, keamanan tidaklah kontra produktif melainkan menjadi co producer. Makna tidak kontra produktif adalah tidak dikelola dengan cara-cara mafia atau preman.

Keamanan dilandasi atas supremasi hukum sehingga ada rasa aman yang terbebas juga dari gangguan atau hambatan, bahkan ancaman yang dapat merusak bahkan mematikan produktifitas.

Para aparaturnya bukan tukang peras, tukang tipu, tukang terima suap danbukan backing hal yang ilegal.

Keamanan akan menjadi ranah perebutan baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, keselamatan bahkan idiologi sekalipun.

Keamanan semestinya diikuti rasa aman dan system-sistem keamanan mampu menangkal gerakan-gerakan primordialisme yang mengatasnamakan ketuhanan, keyakinan keagamaan, kebenaran, kesucian untuk menguasai dan mendominasi lahan-lahan sumber daya.

Keamanan juga memberi efek jera bagi yang melanggar dan bisa dimulai dari labeling, hate speech (ujaran kebencian), hingga penggunaan kekerasan simbolik atau kekerasan fisik.

Pada kenyataanya hate speech, kekerasan simbolik dan penggunaan massa dengan menunggangi primordial belum dapat sepenuhnya teratasi, karena lemahnya hukum, kuatnya isu, ketidak terbukaan dan keberpihakan. Banyaknya oknum-oknum yang menjadi patron atas para mafia dan preman dalam mempertahankan status quo atau comfort zone.

Kemapanan dan kenyamanan para mafia, preman-preman birokrasi inilah yang menjadikan tumbuhnya broker serta menjamurnya system-sistem premanisme atau mafia dalam mengamankan yang tanpa diikuti rasa aman karena kontra produktif dan menjadi benalu.[CDL-05022016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment