Cerita Malam Kota Medan, Yang Tersisa dari Kedai Tenda Jingga

TRANSINDONESIA.CO – Sebagai anak Medan, tentulah ketika pulang ke kota Medan tidak melewatkan kenangan saat-saat dulu yang kerab dilakukan, seperti mencicipi makanan yang dulu menjadi favorit atau hanya sekedar bernostalgia ria.

Begitu pula dengan macam kuliner Kota Medan yang terkenal sampai ke manca negara itu, tetapi bagi seorang lawyer dan tokoh muda asal Kota Medan, Muhammad Joni yang kini menetap dan beraktivitas di Jakarta, tidak melewatkan sajian kesenangannya saat kembali ke kota tercinta.

“Anda bertandang ke Medan?,” begitu ucapan awalnya saat mampir ke Kedai Tenda Jingga dikawasan Simpang Limun Medan.

“Berani menemui sensasi kuliner Medan yang hanya ada di malam hari?,” tanyanya lagi pada beberapa rekannya yang turut mampir ke kedai itu.

Salah seorang creator  ‘Anak Medan seDunia’ di group media social, Joni menceritakan penelusurannya ke Kota Medan.

Keras rebus “Sudara” Kedai Tenda Jingga di Simpang Limun Medan.[Mj1]
Keras rebus “Sudara” Kedai Tenda Jingga di Simpang Limun Medan.[Mj1]
Berwal dari menelusuri pertigaan Simpang Limun, 15 menit naik becak mesin dari Masjid Raya yang beŕhampiran Istana Maimon, yang molek dan warisan budaya, mudah ditemui kedai kerang rebus khas Medan.

Cobalah kuliner sajian laut yang unik. Hasil persekutuan bumbu nenas, kacang tumbuk, racikan cabai dan saus, maknyus menyempurnakan keunikan tekstur daging kerang bulu yang bergizi tinggi.

Bahan utama kerang bulu ukuran besar tiap subuh dikirim dari Tanjung Balai, yang dijuluki kota kerang (korang – istilah Medan).

Dinaungi tenda jingga sederhana berukuran 2 x 5 meter, berikut meja dan bangku panjang, jadilah Rifin Tanjung dan istrinya asal Sipirok berdagang Kerang Rebus dengan Kedai diberi nama Saudara.

Lebih 25 tahun sudah Rifin yang sejak lajang sampai menikah dan memiliki anak masih menggeluti sajian kerang rebus.

“Sejak lajang dagang korang, hidup kami tenang dari kerang”, kata Rifin Tanjung dengan mata berbinar-binar.

Harganya murah meriah, hanya Rp9000 seporsi, lengkap dengan bumbu khas di mangkok merah mungil.

“Kerang Rebus” Kuliner khas Kota Medan.[Mj1]
“Kerang Rebus” Kuliner khas Kota Medan.[Mj1]
“Jauuuuuuuuh murah dibanding tarif 2 jam parkir setakat nongkrong live music di La Piazza, Kelapa Gading Jakarta,” seru Joni.

Malam jelang dinihari itu, Joni langsung menyantap 3 porsi sajian khas di Kedai Tenda Jingga (KTJ) itu.

“Bagus untuk menambah zat kapur, tulang jadi kuat”, jeĺas Rifin di lapak KTJ miliknya yang menyewa pekarangan parkir pemilik ruko.

“Sewa lapak sejuta per bulan”, kata Rifin.

Tak ada pungutan retribusi, tanpa biaya administrasi lain-lain, tak ada pula pungutan pemuda setempat. “Pokoknya aman disini”, timpal istri Rifin asal Sipirok dengan logat Medan yang kental.

Diam-diam, terbuncah kekaguman Joni pada sosok Rifin Tanjung. Figur tangguh yang berlakon loyal pada zaman hidup menjadi Lasykar Mandiŕi, tanpa dibina otoritas kota, tanpa bantuan satu (sebiji) bangku atau selembar tenda jingga, tanpa keluh minta kredit murah bank milik pemerintah.

“Rifin Tanjung sosok Boemi Poetra Mandiri tanpa intervensi. Saya tulus meminta dan menyimpan nomor HP-nya: 085358000256,” ucap alumni Fakultas Hukum USU Medan ini.

Setiba di hotel, pikiran Joni merangkum cerita malam di KTJ itu.

“Bahwasanya daya juang rakyat lebih kuat bertenaga dari yang dipikirkan otoritas kota. Kalau ke Medan tak melupakan Durian Ucok, mengapa tidak Kerang Rebus Rifin?,” pikirnya.

“Patik (saya-red) merangkum kesan, Arifin Tanjung tak gentar MEA, dia gemetar jika tak ada lagi kiriman sekarung kerang bulu bercangkang besar segar bugar khas Tanjung Balaì dari pemasok rekan bisnis setìa. Malam milikku makin berwarna. Bangga Medan”.[Mj1]

Share
Leave a comment