TRANSINDONESIA.CO – Cupet adalah sesuatu yang kurang sedikit saja tetapi ketika digunakan akan lucu, wagu, tidak nyaman bahkan bisa menjadi aneh.
Sebagai contoh, Ali yang cupet tatkala dipaksakan untuk mengikat maka barang diikat akan sedikit rusak atau tidak rapi lagi. Lidah atau bibir yang cupet bisa berbicara namun suara yang dihasilkan tidak sempurna bahkan bisa menjadi salah sangka. Ketika cupet pikiran, ya wajar normal nampaknya namun tatkala diterapkan akan menimbulkan masalah dan wagu atau merefleksikan suatu kebodohan atau bahkan cermin ketidak profesionalan.
Bisa dibayangkan bila orang-orang yang berpikiran cupet ini diberi wewenang, kekuasaan untuk memimpin, apa yang akan dihasilkan dari pikiran, perkataan dan perbuatanya? Tentu akan seperti dagelan birokrasi dan lagi-lagi ndoro cant do no wrong.

Ilmu pokoke diterapkan. Nampaknya kreatif, inovatif tetapi ya hanya kulit-kulitnya dan pating prethil sebatas seremonial dan menghambur hamburkan energi tanpa ada manfaat bagi masyarakat.
Pemimpin yang cupet juga akan seperti buto ijo, pemarah, pendendam dan serakah (galak dan cluthak).
Semua dilahap, dilalap ibarat makan sate dari daging, bumbu, sampai tusuk dan bungkusnya dihajarnya, yang lain hanya diberi baunya saja itupun sedikit basi sengir-sengir tidak sedap.
Pemimpin yang cupet ini memang tidak bodoh, tetapi lihai dan licik yang di otak dan hatinya hanya akan mengerat dan menggerus seluruh sumber daya yang ada.
Pungnak pung no, mumpung enak mumpung ono. Wagu, saru tetapi malah dianggap sebagai soko guru.[CDL-22022016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana