Kesadaran dan Kecerdasan Melalui Parodi
TRANSINDONESIA.CO – Memparodikan sesuatu yang keliru apalagi yang bodoh dan tidak manusiawi serta hal-hal yang menjurus pada perusakan peradaban akan lebih mudah dicerna.
Parodi merupakan cermin penyadaran dengan tertawa tanpa sadar ia malu akan ketololannya, tanpa marah tetap mau berubah. Parodi membuat yang sangar menakutkan, seram menjadi sesuatu yang lucu unik dan menjadi bahan tertawaan.
Sudah tidak zamannya lagi menipu, meneror, mengimingi janji-janji dan harapan-harapan yang membuat orang tercuci otaknya.
Orang yang senang tertawa dan melucu, ini akan menyegarkan dan menyehatkan jiwa. Hati dan otaknya penuh kegembiraan walau banyak tekanan, bahkan banyak masalah dan menjadi beban dalam hidupnya.
Tertawa membuat bahagia
Kita melihat kecerdasan-kecerdasan sosial memparodikan dan membuat plesetan yang lucu-lucu suatu terobosan penyadaran bahwa inilah republik dagelan. Yang sudah happy janganlah dirusak dengan hal-hal yang menjadi pameran ketololan.
Bakul kacang, bakul teh botol, ibu-ibu selfi sampai anak-anak asyik berfoto ria di lokasi kejadian dilarang-larangpun terus saja menungguinya.
Datang dan pergi silih berganti, surat, gambar, tulisan, berbagai cara dibuat untuk membuat yang seram menakutkan menjadi lucu-lucuan. Mereka dianggap imut, atraksi panggung sontoloyo yang sarat dengan ancaman namun dijadikan mainan sambil meneriakan, “wuih kerennya, cakepnya, aduh sepatunya, topinya, semua asesoris Amerika bro”.
Bagaimana kalau hantu menakut-nakuti dan yang ditakut-takuti meneriakkan, “aku ora wedi….”? Bisa jadi hantunya pingsan gulung tikar dagangannya gak laku lagi.(CDL-18012016)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana