“Ayo Ngguyu …”
TRANSINDONESIA.CO – “Ayo Ngguyu”…. seni, parodi atau kritik atas perkeliruan dan keanehan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. “Kembang turi yo mas tibo lemah, mlebu omah ojo karo mlayu, ati seneng yo mas ojo susah, timbang susah ayo ngguyu, ayo ngguyu … ayo ngguyu .. Yen ngguyu ojo seru-seru…”
Mash ingat lagu keroncong ayo ngguyu (mari tertawa), lagu ini merupakan lagu pelipur lara, mengajak kita semua tertawa melepaskan situasi yang menyedihkan atau membuat susah hati.
Seni membuat hati gembira dan bisa menghibur diri atas luka batin dan kekecewaan yang terjadi. Seni mengajarkan kelembutan mencari solusi tanpa kekerasan atau anarkisme. Semi juga merupakan penyaluran atas duka lara menghadapi masalah-masalah sosial yang menjengkelkan bahkan memuakan.
Seni juga menjadi harapan bagi rakyat untuk dapat mencintai dan menikmati situasi yang ada. Tertawa menjadi bagian dari kehidupan sosial yang terus harus dijaga dan menjadi pilihan.
Banyak acara humor menjadi pelipur lara dan penghibur kedukaan masyarakat, mulai stand ups commedy, ludruk, goro-goro, dagelan, monolog sampai kritik sosial politik. Semuanya menertawakan dan mengajak tertawa.
Mengapa orang tertawa atau bisa menertawakan? Itu terjadi karena: 1. Ada yang tidak benar atau ada kekeliruan yang dianggap benar, 2. Ada yang menjadi bahan bulan-bulanan atau sebagai kambing hitam yang dijadikan hujatan, 3. Ada pejabat, kebijakan pejabat yang aneh dan lucu yang dapat diparodikan, 4. Ada plesetan atas ketololan yang dipamerkan baik eksekutif, yudikatif maupun legislatif, 5. Perilaku masyarakat yang menyimpang, 6. Pemikiran, perkataan, perbuatan yang lucu atau menimbulkan gelak tawa, 7. Pemuka yang semestinya jadi tuntunan namun malah sebaliknya jadi tontonan.
Perilaku para punggawa penyelenggara negara yang semestinya menjadi tuntunan sekarang malah menjadi tontonan dan bahan ejekan. Kebijakan yang menyengsarakan dan membuat malu, marah, sedih dan menimbulkan sikap kritis atau protes melalui kesenian dan parodi yang menertawakan, menghilangkan kebencian dengan ayo ngguyu tetapi ojo seru-seru karena kalau seru-seru bias tersinggung +dan nesu.(CDL-17012016)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana