Sepanjang 2015, 18 Polisi Tewas dan 74 Luka

TRANSINDONESIA.CO – Sepanjang tahun 2015 jumlah polisi tewas di Indonesia akibat korban pengeroyokan, ditembak begal, ditabrak, ditusuk, bentrokan sesama polisi, bentrok dengan TNI, korban bunuh diri sebanyak 18 orang dan 74 luka-luka.

Sedangkan jumlah anggota TNI yang tewas di tahun 2015 ada 10 orang dan 12 luka.

Hal itu diungkapkan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane,  dalam catatan akhir tahun di Jakarta, Minggu (27/12/2015).

“Jumlah polisi yang tewas ini menurun jika dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2014 jumlah polisi tewas mencapai 41 orang dan luka 42. Tahun 2013 ada 27 polisi tewas dan 72 luka. Tahun 2012 ada 29 poliisi tewas dan 14 luka. Tahun 2011 ada 20 polisi tewas. Di tahun 2014, polisi tewas akibat ditembak pelaku kriminal atau ditembak sesama polisi menduduki ranking tertinggi sebagai penyebab kematian polisi. Tapi di tahun 2015 angka penyebab kematian terbesar polisi adalah akibat bunuh diri sebanyak 7 orang, ditembak 4 orang, kecelakaan 3 orang, ditikam 1 orang, dan lain lain 3 orang,” kata Neta.

Yang paling menonjol di 2015 adalah anggota polisi dikeroyok massa maupun dikeroyok sesama polisi dan TNI. Jumlah polisi yang luka-luka dikeroyok mencapai 25 orang. Selain itu ada polisi luka-luka akibat bentrok dengan demonstran dan suporter sepakbola. Sedangkan polisi yang ditembak begal ada 3 orang dan ditusuk begal ada 2 polisi.

 Ilustrasi
Ilustrasi

Ibukota Jakarta masih merupakan daerah rawan bagi keselamatan anggota Polri. Tahun 2015 ada 15 peristiwa yang membuat satu polisi tewas dan 38 lainnya luka. Selain itu, di Jakarta tahun 2015 ini ada dua polisi yang bunuh diri, dengan cara menembak kepalanya sendiri. Jika dibanding 2014, angka ini menurun. Di 2014 di ibukota ada 12 peristiwa yang menyebabkan 4 polisi tewas dan 9 luka.

Daerah rawan lainnya bagi polisi adalah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing 4 peristiwa. Sulawesi Tengah dan Sumatera Utara sebanyak 3 peristiwa. Papua, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Gorontalo sebanyak peristiwa.

Jawa Tengah, Jogjakarta, Maluku, dan NTB masing-masing 1 peristiwa dan Aceh yang merupakan daerah rawan konflik justru di 2015 ini sangat  aman. Tidak ada polisi yang tewas dan luka di serambi mekkah ini.

Masih tingginya angka kematian polisi saat menjalankan tugas ini perlu dicermati. Trennya mulai meningkat sejak 5 tahun terakhir. Yang paling memprihatinkan adalah tren kematian polisi akibat bunuh diri dan ditembak rekannya sendiri. Kasus ini menunjukkan bahwa psikologi sebagian anggota Polri sangat labil dan tidak mampu menahan emosi.

“IPW berharap di 2016, jajaran Polri bisa lebih mawas diri, terlatih, peka, tidak emosional dan arogan, sehingga angka kematian polisi saat bertugas bisa semakin menurun. Yang lebih penting, di 2016 diharapkan tidak ada lagi sesama polisi saling serang atau polisi tembak polisi,” kata Neta.(Bir)

Share