Antara Standard dan Kegunaan

TRANSINDONESIA.CO – Tatkala di kritik atau dikomplain atas kinerjanya pasti akan muncul pembelaan diri, karena merasa sudah melakukan ini dan itu. Kadang yang mengingatkan atau yang menindak tegas malah dianggap sebagai penghianat.

Menikmati di zona nyaman memang memabukkan apalagi yang berkaitan dengan KKN, ini jangan sekali kali disentuh, kaum-kaum aman dan nyaman akan marah dan bisa membabi buta.

Mereka bukan bagai seekor kadal yang bisa dimain-mainkan, mereka adala naga raksasa yang memiliki system-sistem patron kien dan jaringan luas dalam mengangkangi sumber daya.

Otak, hati dan pemikirannya adalah siapa berani akan dimatikan, dari dilabel tidak loyal sampai dengan dianggap berkianat akan ditempelkan pada siapa saja yang berani melawannya. Karena tidak ada standar makan apa yang dikerjakan dianggap telah sempurna bagai ikut membangun fondasi surga.

Ilustrasi
Ilustrasi

Merasa paling benar, merasa sudah memberi yang terbaik walau semua itu kerjaan-kerjaan narsis yang menyebalkan dan bahkan menjijikan.

Trans Global

Bagi pekerjaan-pekerjaan profesional selalu ada standardisation of work input, standardisation of work process and standardisation of work out put. Yang dijabarkan pada tahapan-tahapan kegiatan.

Pada setiap kegiatan ada KPI (key performance indikator) yang digunakan untuk mengukur kinerja pada tingkatan-tindakan keberhasilan sampai dengan kegagalannya.

Penilaianyapun dibuat dari cara pekerjaan dalam birokrasi yang mencakup pada kepemimpinan, administrasi, operasional dan capacity building.

Pemanfaatan anggaran, proses kinerja hingga out put atau  dampak dan  kegunaanya serta  pencapaian tujuan memang harus sejalan dan saling terkait serta berkesinambungan.

Tatkala ada standarnya maka sebenarnya tidak perlu kritik atau  komplain lagi karena sudah jelas standar dan indikatornya, yang baik diapresiasi dan yang buruk diberikan sanksi atau tindakan amaupun hukuman. (CDL-Jkt161215)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share