Waras: Kepahlawanan Sang Pemimpin

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Yang berjuang, bekerja keras, yang menjadi tumbal, menjadi korban dan dikorbankan serta yang melawan terdepan biasanya adalah anakbuah, anggota, orang-orang kebanyakan.

Merekakah yang dianggap pahlawan? Merekakah yang dielu-elukan sepanjang zaman? Semua belum tentu dan yang pasti bagi mereka adalah ketidakpastian, yang jelas merenda tumbal dan bumper terdepan.

Lalu saat kita mempertanyakan kepahlawanan sang pemimpin seperti apa? Pemimpin memang pemegang kendali, penguasa dilingkungan atau lingkupnya, diberi power dan authority lebih, bisa memanfaatkan sumber-sumber daya dibawah kewenanganya.

Kepahlawanan bagi pemimpin di era digital ini adalah pemimpin yang waras, sadar tidak hanyut dalam arus main stream yang mengagungkan perkronian, korupsi dan pemborosan serta gaya-gaya birokrasi feodal yang borjuis dan penuh tipu daya serta kepura-puraan yang dikemas dalam berbagai seremonial.

Menjabarkan kewarasan sang pemimpin disemua lini dapat dipahami dengan bijaksana dalam mengambil keputusan, berani keluar dari kotak pembelenggu otak cara berpikir orang-orang kebanyakan (tidak membenarkan yang keliru dan tidak menyalahkan yang benar).

Kemudian berniat tulus dan ikhlas melawan KKN, peka dan peduli atas penderitaan orang lain dan berbelarasa pada kaum yang termarjinalkan, tidak menjadi penjilat dan selalu mawas diri untuk selalu mencari keutamaan sehingga eling lan waspodo. Mampu menjadi role model dan mampu memberdayakan potensi-potensi yang ada, terus berjuang melawan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan serta ketidak adilan.

Point diatas setidaknya akan menunjukan sikap-sikap kepahlawanan sebagai pemimpin yang waras bukan penjilat, bukan pula safety player, maunya njegog dan ngarit (hidup sebagai hantu meras dan nakut-nakuti bagai hantu di siang hari atau thuyul kathokan). Hari gini kalau masih belum waras berarti mash seperti yang dulu. .(CDL-Jkt23115)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment