Habis Manis Nyawa Melayang

         Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Benarkah yang abadi hanyalah kepentingan? Tiada kemanusiaan, tiada persahabatan, nyawa, hidup dan kehidupan seakan menjadi bagian dari kepentingan-kepentingannya.

Para cantrik dan kroni selama loyal serta menghasilkan akan terus dipupuk kalau tidak maka akan dipangkasnya.

Analogi itu ibarat bunga yang saat mekar dipuja-puja saat menjelang dan setelah layu dicabut dan dicampakan begitu saja. Tiada jasa terhimpun dan dosa yang tak terampun.

Mafia birokrasi sudah bagai lingkaran setan dan setan yang melingkar lingkar, semua karena virus dan pengaruh jahatnya

Ketika saat sudah tidak dibutuhkan maka tak lagi menjadi krooni, ia dilabel penghianat dan bagai batang busuk saja. Patah tidak ditumbuhkan silih berganti yang baru yang mau dan yang manut menjadi babu. Yang patah tadi tentu dimatikan dan dijadikan abu.

Inikah produk reformasi? Tentu saja ini bukan produk reformasi, ini benalu dalam reformasi. Namun, anehnya inilah yang penuh kuasa bak dewa penguasa jagad raya. Ia merasa sebagai sang hiyang menangan yang bisa apa saja sesuka dan semau-maunya saja. Ia tak perlu merasa waras atau gila yang penting bisa senang menang tidak lagi peduli orang lain susah karenanya.

Jangan harap selamat, mulya dan kebagian kalau bukan kroni para mafioso? Kedekatan ini bertingkat-tingkat, berlapis-lapis dan setiap tingkatan dan lapisan ada brokernya. Tak mudah masuk kejaringan kalau tidak direstui atau saran yangdi konfirmasi para broker.

Siapa disuka, akan dipercaya diberi kuasa. Siapa tidak memuja tatkala diberi kuasa, lidahpun direlakanya. Ia mati-matian mempertahankan jangan sampai ndoro kecewa. Kalau kecewa maka celakalah tiba dan tibalah saat kematianya. Mati dari karier dan jabatanya, karakter bahkan hidup dan kehidupannya. (CDL-Jkt16115)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share