TRANSINDONESIA.CO – Beberapa jam setelah mendarat di Washington DC, Presiden Joko Widodo dan ibu negara Iriana melangsungkan dialog terbuka dengan warga negara Indonesia di Amerika. Dialog yang dipandu Duta Besar Indonesia untuk Amerika Budi Bowoleksono itu dihadiri oleh lebih dari 1.250 warga Indonesia yang berasal dari 24 negara bagian di seluruh Amerika yang menyambutnya dengan sorakan dan tepuk tangan.
Presiden Joko Widodo dengan lugas mengemukakan berbagai hal, mulai dari optimisme menyelesaikan masalah ekonomi, upaya pemberantasan korupsi dan konflik bernuansa SARA, kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan sebagian Indonesia diselimuti asap, hingga soal dwi-kewarganegaraan.
“Kalau melihat posisi ekonomi kita, saya tidak pernah ada rasa pesimis sama sekali. Karena angka-angka yang ada tidak menunjukkan pada posisi krisis. Ya, kita menghadapi masalah ekonomi tapi bukan krisis. Saya beri contoh pada tahun 1998 dan sekarang. Tahun 1998 itu pertumbuhan ekonomi minus 13,1% – sekarang ini kita plus! Semester I 4,7% dan sekarang semester II sudah 4,85%… senengnya kok menjelekkan diri sendiri,” tuturnya.
Lebih jauh Presiden Joko Widodo mencontohkan inflasi, yang pada tahun 1998 mencapai 8,2%. Tahun ini inflasi Indonesia diperkirakan di bawah 4%. Demikian pula nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Nilai tukar tahun 1998 mencapai 16 ribu rupiah per 1 dolar Amerika, kemarin memang sempat mencapai 14.800 rupiah per 1 dolar Amerika, tetapi cepat kita kendalikan.
Jokowi menjelaskan, “Nilai tukar tahun 1998 mencapai 16 ribu, kemarin kita memang sempat mencapai 14.800. Banyak yang menunggu-nunggu jadi 15.000 rupiah per 1 dolar Amerika. Ada yang senang! Ada yang siap memaki-maki saya. Arahnya sudah mau kesana dan ada juga yang ‘niat’ lain. Tetapi apa kita juga diam? Khan tidak! Kita ini pagi siang malam kerja, tidak diam. Paket-paket penyelamatan ekonomi dikeluarkan baik oleh BI, OJK dll. Tiap hari saya sarapan angka-angka. Tetapi ketika nilai tukar rupiah atas dolar turun, kok pada diem yaa… gak ada yang komentar”.
Dalam tanya jawab, salah seorang warga negara Indonesia menanyakan tentang meluasnya korupsi di Indonesia, yang baru-baru ini bahkan menyeret salah seorang petinggi partai politik. Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintahannya serius menangani setiap kasus korupsi. Hingga hari ini – ujar presiden – sudah ada 9 menteri, 19 gubernur, 300 lebih bupati dan walikota hingga 2 gubernur Bank Indonesia yang dipenjara karena kasus korupsi.
“Ada parlemen dari negara lain – negara besar ini – datang ke saya, menanyakan tentang pemberantasan korupsi di Indonesia. Saya jawab sampai sekarang ini sudah dipenjara 9 menteri, 19 gubernur, 340 bupati dan walikota, hingga 2 gubernur BI dipenjara. Negara mu berapa? Diam dia! Tapi penangkapan-penangkapan ini saja tidak akan menyelesaikan masalah! Jika sistemnya tidak dibangun yang baik, maka tidak akan menyelesaikan masalah,” papar Jokowi.
Sistem yang dimaksud Presiden Joko Widodo tidak saja soal penegakan hukum, tetapi juga kemudahan administrasi dan informasi teknologi. Ia mencontohkan soal pengurusan ijin. Jika waktu pengurusan ijin bisa dipangkas, dari hitungan hari menjadi jam misalnya maka akan mempercepat pembangunan dan meniadakan terjadinya proses “tawar-menawar” yang memicu terjadinya korupsi.
Joko Widodo menyampaikan niatnya untuk membangun sistem yang serba elektronik seperti e-budgeting, e-audit, e-purchasing dan lain-lain yang bisa dikerjakan dari daerah hingga ke pusat, yang memudahkan pengawasan dan pengambilan keputusan.
Masyarakat Indonesia antri menunggu pemeriksaan keamanan di dekat pintu masuk Wisma Indonesia di Washington DC, Minggu (25/10).Masyarakat Indonesia antri menunggu pemeriksaan keamanan di dekat pintu masuk Wisma Indonesia di Washington DC, Minggu (25/10/2015).
Dialog terbuka dengan warga negara Indonesia di Amerika ini juga menyoroti berbagai hal lain seperti soal dwi-kewarganegaraan, konflik bernuansa SARA di Singkil-Aceh dan Tolikara-Papua, serta penyalahgunaan kontrak karya perusahaan-perusahaan besar.
Dengan gamblang Presiden Joko Widodo menjawab semua isu itu satu per satu.
Warga yang hadir menyambut gembira kesempatan bertemu dan berdialog langsung dengan presiden. Antara lain Azinar Mara dan Tina Abdulah dari Maryland yang khusus datang sejak jam 12 siang supaya bisa duduk di barisan paling depan dalam dialog itu. Juga Alex Nayoan dari Philadelphia yang tak bisa menahan rasa haru karena berkesempatan hadir. Alex Nayoan mengatakan baru sekarang ini merasa memiliki presiden yang benar-benar mendengar suara rakyat.(Voa/fen)