Asia Gandrungi Gandum, Konsumi Nasi Berkurang

Panganan terbuat dari bahan gandum.
Panganan terbuat dari bahan gandum.

TRANSINDONESIA.CO – Masyarakat Asia kehilangan napsu makannya atas nasi dan semakin menggandrungi gandum, sebuah tren yang terutama ditemukan di Korea Selatan, tempat roti dan kue telah menjadi makanan utama baru.

Dari ibu bekerja, yang merasa roti bakar lebih mudah disiapkan untuk sarapan, sampai warga urban yang memenuhi tempat-tempat makan baru untuk mengkonsumsi roti, warga Korea Selatan ada di garis terdepan dalam tren di seluruh Asia yang menghadapi lonjakan permintaan akan gandum hampir dua kali lipat tingkat konsumsi beras sejak 2008.

Dan meski sebagian besar Asia swasembada beras, permintaan akan roti dan mie dari Mumbai sampai Manila telah membuat Asia pasar terbesar dengan pertumbuhan tercepat untuk impor gandum, membeli lebih dari 40 juta ton setiap tahun dalam lima tahun terakhir atau 25 persen dari impor dunia.

“Saya makan roti dengan kopi hampir setiap pagi,” ujar Lee Seung-Hee, ibu bekerja berusia 47 tahun dengan dua anak, yang seringkali memberi anak-anaknya roti sebagai penganan.

“Suami saya senang makan nasi, jadi saya masak nasi untuk dia. Tapi jika saya terlalu sibuk, saya hidangkan roti untuknya.”

Warga Korea Selatan diperkirakan membelanjakan 6,36 triliun won (US$5,37 miliar) tahun lalu untuk roti, roti lapis, bagel dan kue, menurut SPC Group, pemilik waralaba Paris Croissant dan Paris Baguette, yang bahkan telah membuka dua toko di Paris sebagai bagian dari ekspansi global.

Sementara itu, konsumsi beras Korea Selatan mencapai rekor terendah 65,1 kilogram per orang tahun lalu, sementara konsumsi tepung mencapai tingkat tertinggi sejak 2006 dengan 33,6 kilogram, menurut data industri dan resmi.

“Semakin banyak ibu-ibu rumah tangga yang makan roti dan kopi untuk sarapan daripada nasi dan kimchi,” ujar Kang Byung-Oh, profesor ilmu bisnis di Chung-Ang University, mengacu pada lauk pedas khas Korea.

​SPC Group, yang mengoperasikan pabrik roti terbesar di Asia dan memiliki sekitar 5.000 toko roti di Korea Selatan, mengatakan pasar roti lokal telah tumbuh rata-rata 15 persen per tahun sejak 2005.

“Anda dapat menemukan tren ini di seluruh Asia, di saat negara-negara Asia semakin dipengaruhi Barat.. Produk-produk makanan dari tepung gandum itu cepat dan nyaman,” ujar Koh Hee-Jong, profesor pertanian dan ilmu hayat di Seoul National University.

Mie

Meningkatnya konsumsi gandum telah fokus di kota-kota besar dimana kelas menengah terpapar makanan cepat saji dari pizza sampai roti lapis.

Di Indonesia, konsumsi mie telah membantu mendorong peningkatan permintaan akan gandum di negara importir terbesar kedua dunia ini, mencapai lebih dari 60 persen sejak 2005 menjadi 8 juta ton setiap tahun.

Bahkan di India, penghasil gandum terbesar kedua dunia, konsumsi diperkirakan melewati hasil produksi dengan lebih dari 5 juta ton tahun ini, memicu impor terbesar dalam delapan tahun.(Voa/Nik)

Share