TRANSINDONESIA.CO – Pemimpin seyogyanya senang dan bangga terhadap kemajuan anak buahnya. Selain pintar, kreatif dan penuh dedikasi untuk memajukan institusi, tapi kenapa ada sebaliknya pemimpin malah membenci dan menghajarnya sendiri serta membunuh karakter karena dianggap melangkahi dirinya?
Pemimpin yang otoriter biasanya akan mengambil semua sumber daya dan mengangkanginya untuk kepentingan pribadi dan krooni-kroninya, serta berupaya menguasai maupun mendominasi posisi-posisi strategis yang berkaitan dengan penguasaan juga kekuasaan.
Para pemimpin model otoriter yang feodal akan mencari orang yang loyalitasnya bersifat babu selalu siap sedia kapan time bagi dirinya atau krooni-kroninya.
Sulit dipahami tatkala mereka mulai punya banyak kemauan maka akan menginjak ke bawah, menyepak ke samping dan sungkem ke atas.
Maknanya adalah mereka tega memeras bawahanya termasuk masyarakat, lupa rekan atau sahabat dan semua dihajar demi menyembah kepada patron atau god father.
Pemimpin model feodal, otoriter dan konservatif biasanya produk konvensional. Cara dan gaya berpikirnya pendek hamper tidak mampu menunjukan mimpinya untuk memajukan atau memperbaiki. Kalaupun ada karangan orang lain (jiplakan), tapi dia sendiri tidak memahami akan membawa kemana untuk mewujudkanya.
Ini dapat dipahami tatkala berkuasa apa yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diomongkan. Tingkat integritas dan komitment yang nol serta kompetensi yang diragukan bisa saja produk titipan atau produk KKN. Parahnya lagi, karya bagian dari kerja out sourching.
Pemimpin model ini tidak mau atau tidak berani mengakui keunggulan dan kehebatan orang lain, akan narsis dan anti kritik serta tidak mau dilangkahi. Semua harus patuh dan tunduk padanya, siapa melawan dilibasnya.
Tatkala pemimpin tersebut berkuasa maka dia bagaikan dewa, sebaliknya ketika lengser jadi kebingungan seperti orang yang hampir gila. Memerintah, marah, ngancam, membully, bekerja sama dengan pihak-pihak yang mau dijadikan krooni atau produk bayaran yang serba instan dan penuh rekayasa atau tipu daya. ).(CDL-Jkt110915)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana