70 Tahun Kecintaan dan Kebanggaan pada Bangsa dan Negara

Merah Putih
Merah Putih

TRANSINDONESIA.CO – Dalam sebuah pernyataan pendiri bangsa ini, Bung Karno mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu lebih berat karena melawan bangsamu sendiri”.

Artinya, berjuang di masa kini berat. Salah-salah bisa sekarat dalam mengatasi berbagai probelma yang mengahntui bansga seperti, korupsi, narkotika, kemiskinan, pengangguran, keterpurukan ekonomi, kebodohan, keterbelakangan dari berbagai segi, mafia-mafia disemua lini, bobroknya pelayanan publik, dampak globalisasi, pertikaian politik dalam negeri yang selalu saja membanggakan dan memperebutkan penguasaan sumber daya, konflik-konflik berbau SARA, konflik antar aparatur penyelenggara negara, bencana alam, krisis kepemimpinan dan lainnya.

Masalah-masalah tersebut akan terus merongrong-rong bahkan menghancurkan bangsa dan negara. Tiada kecintaan, tiada kebanggaan bahkan bangga tatkala saling serang saling hancurkan.

Kita lihat para pemimpin seringkali menunjukan sebagai kaum narsis. Pemimpin yang semestinya memiliki iIntegritas, komitmen, kompetensi, prestasi dan capacity building. Sehingga dapat memajukan atau setidaknya mengajak bangsanya menjadi bangsa besar dan mampu dibanggakan.

Sehingga memiliki keberani dan kekampuan dalam belajar dan memperbaiki kesalahan masa lalu, menyiapkan kebutuhan, tantangan, harapan dan bahkan menghadapi ancaman di masa kini, serta menyiapkan masa depan yang lebih baik

Dalam mengisi kemerdekaan sring kita lakukan dengan penuh tipu-tipu dan kepura-puraan serta tidak tulus.

Pemimpin-pemimpinnya dipilih dan disiapkan sebagai produk hutang budi, tak jarang lebih pada memikirkan kelangsungan dan perkuatan krooni-kroninya. Tidak bernyali, apa lagi prestasi. Mereka produk hutang budi maka pendekatannya adalah bayar budi ke pemberi budi bukan ke rakyatnya.

Bagaimana akan membawa bangsa ini seperti Negara-negara maju kalau semua pemimpinnya kelas tidak layak dijadikan ikon atau role model. Mereka hanyalah pimpinan-pemimpin seremonial dan boneka-boneka mafia penguasa sumber daya. (CDL-170815)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment