Masyarakat Sakit?

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Masyarakat menjadi apatis, permisive terhadap penyimpangan dan pelanggaran, anarkis, main hakim sendiri. Membiasakan diri KKN, mengamini hal-hal ilegal, lebih percaya kepada preman, melanggar keteraturan sosial, mencederai moralitas dan nilai-nilai luhurnya.

Apakah dalam masyarakat yang sakit sebagai dampak aparatur penyelenggara negara yang sakit? Atau karena masyarakat yang sakit, maka jangan harap memiliki aparatur yang sehat?.

Tentu semua pertanyaan tadi bisa saja keduanya benar. Namun, yang terpenting sebenarnya ada kesadaran aparaturnya untuk memahami mengapa masyarakat sakit? Apa akar masalahnya dan bagaimana solusinya?

Masyarakat sakit sangat kompleks faktornya, dari mulai SDM, system-sistem yang dikuasai mafia atau preman-preman birokrasi, system yang sarat KKN, pemimpin political willnya berpihak kepada kelompok atau kekuasaan dan mengabaikan kaum marginal.

Publik menjadi sasaran penjarahan, aturan-aturan yang sarat kepentingan, money politic, idiologi yang cenderung radikal. Nilai-nilai kebencian yang berkembag dalam intoleransi, pemerintahan yang tidak bersih, sistem hukum yang buruk maupun aparat yang bisa dibeli.

Sakitnya masayarakat membuat suatu frustasi sosial dan sikap yang lebih memilih dengan cara-cara anarkisme atau menjadikan jalanan sebagai panggung ratapan.

Solidaritas sosial, saluran komunikasi sosial, wadah representasi sebagai wujud civil society dibangun.

Selain itu, good and clean goverment menjadi role model terpercaya, pemimpin legitimate dan UU yang berpihak pada upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan system edukasi dan penegakkan hukum yang tegas serta berwibawa. .(CDL-Jkt070715)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment