TRANSINDONESIA.CO – Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti menyatakan, jatuhnya korban seorang warga sipil dan 10 orang memgalami luka-luka, karena massa terus menyerang warga muslim yang sedang solat Ied sehingga aparat kepolisian terpaksa melepaskan tembakan.
Hal itu dikatakan Kapolri menanggapi penembakan yang dilakukan aparat keamanan saat menghalau massa penyerang umat Islam yang sedang Solat Ied Hari Raya Idul Fitri 1436 H pada 17 Juli 2015 di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua.
Aparat kepolisian sudah berusaha membujuk massa agar menghentikan tindakannya, namun mereka terus mendesak ( membubarkan Solat Ied ) dan melempari peserta solat dengan batu. Untuk menyelamatkan warga muslim yang sedang solat, menegakkan konstitusi dan Hak Asasi Manusia, aparat kepolisian terpaksa melepaskan tembakan. Akan tetapi tembakan peringatan sama sekali tidak dihiraukan, kata Kapolri.
Karena massa terus menyerang dan mengancam keselamatan jiwa, menurut Badrodin Haiti, aparat kepolisian terpaksa melepaskan tembakan untuk melumpuhkan penyerang yang saat itu semakin brutal. Jadi kalau ada seorang dari penyerang tewas dan 10 orang mengalami luka-luka, merupakan resiko.
Jenderal Badrodin Haiti menegaskan, bahwa penembakan itu dilakukan sebagai wujud kehadiran negara untuk menyelamatkan warga negaranya yang terancam jiwanya serta menegakkan konstitusi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Kapolri mengimbau tokoh-tokoh agama dan umatnya untuk menanggapi insiden di Karubaga, Kabupqtwn Tolikara dengan kepala dingin. Serahkan penangannya pada aparat kwpolisian. Siapun yang bersalah akan ditindak dan diproses secara hukum.
Lebih lanjut Kapolri mengatakan, Indonesia adalah negara yang warga negaranya majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, berbeda agama, berbeda adat istiadat, dan berbeda bahasa. Namun semua perbedaan itu harus menjadi perekat bangsa.(nic)