TRANSINDONESIA.CO – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Riau selama musim panas tahun ini telah menghanguskan 1.352 hektar lahan dan hutan.
Kejadian ini dipredikasi akan lebih parah karena musim kemarau diperkirakan akan berakhir Oktober hingga November 2015 mendatang.
Saat ini sejumlah wilayah di Provinsi Riau telah ditutupi asam dan jarak pandang akibat asap sudah mengkhawatirkan kendati belum ada laporan gangguan kesehatan akibat asap.
Kualitas udara yang terpantau dari indeks standard pencemaran udara (ISPU) juga menurun. Di Pekanbaru, Rumbai, Minas, Duri, Dumai, dan Petapahan ISPU-nya masih tergolong sedang.
Di Riau menurut Sutopo, BPPT, BNPB dan TNI AU terus melakukan operasi hujan buatan sejak 22 Juni 2015 hingga sekarang. Total sudah 9 kali penerbangan dengan pesawat CN 295 TNI dilakukan menaburkan 18,8 ton garam bahan semai ke dalam awan.
“Satgas di darat dari TNI, Manggala Agni, BPBD, SKPD, relawan, dunia usaha dan masyarakat juga memadam api, baik di lahan maupun di kawasan kawasan hutan,” sebutnya.
Hingga saat ini kata Kapusdatin Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, sudah ada 1.352 hektar lahan yang terbakar yaitu 326 hektar di lahan non hutan dan 1.026 hektar lahan di kawasan hutan yang terbakar. Seluas 819 hektar berhasil dipadamkan sedangkan 533 hektar belum dapat dipadamkan.
“Dari 1.026 hektar kawasan hutan yang terbakar terdapat di Area Penggunaan Lain (APL) 826 hektar, hutan produksi 181 hektar, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil 11 hektar, dan area lainnya. Manggala Agni sebagian berhasil memadamkan api. Satgas penegakan hukum berhasil menangkap pembakar dimana 23 orang ditetapkan tersangka,” paparnya.
Gubernur dan Bupati sebagai penanggung jawab penanganan Karhutla di daerahnya harus memanfatkan seluruh potensi yang ada, sementara pemerintah pusat sifatnya mendukung Pemda.(ful/smn)