9 Srikandi Panglima Pemberantas Korupsi, Mampukah?

Sembilan Srikandi Pansel KPK 2015.(ist)
Sembilan Srikandi Pansel KPK 2015.(ist)

TRANSINDONESIA.CO – Belum ada yang tahu apa maksud dan tujuan Presiden Joko Widodo yang memilih seluruh panitia seleksi (Pansel) Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) adalah wanita.

Bila dirunut, bahwa wanita tidak korupsi? Ternyata salah, karena ada kepala daerah yang masih aktif maupun sudah tidak aktif yang terlibat atau sebagai pelaku korupsi sampai dijebloskan ke ‘hotel pradeo’ penjara.

Bahkan, tak jarang pula wanita digunakan sebagai umpan para koruptor, seperti ‘umpan’ prostitusi bagi koruptor dan masih banyak lagi istri para pejabat yang juga terlibat korupsi.

Meski tidak ada yang tahu, paling tidak dimata penulis, Jokowi hanyalah sekedar membuat kejutan untuk sebatas mengukir sejarah dimana eranya Pansel KPK semuanya adalah wanita.

Atau lebih daripada itu, Jokowi ingin perempuan lebih banyak berperan untuk pemberantasan korupsi sehingga bisa menghilangkan image bahwa, wanita adalah salah satu faktor korupsi, apakah itu benar atau tidak tergantung masyarakat menterjemahkannya.

Sebagaimana diketauhi kesembilan pansel tersebut berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari ahli hukum, teknologi informasi, keuangan, sosiolog, psikolog, manajemen organisasi, hingga ahli tata kelola pemerintahan:

  1. Destry Damayanti (ekonom sekaligus ahli keuangan dan moneter) sebagai Ketua Pansel,
  2. Enny Nurbaningsih (pakar hukum tata negara, Ketua Badan Pembinaan Hukum Nasional) sebagai Wakil Ketua Pansel,
  3. Harkristuti Haskrisnowo (Kemenkumham),
  4. Betti Alisjahbana (Ahli teknologi informasi),
  5. Yenti Ganarsih (Pakar pencucian uang),
  6. Supra Wimbarti (Psikolog SDM),
  7. Natalia Subagyo (Ahli tata kelola pemerintahan),
  8. Diani Sadiawati (Bappenas),
  9. Meuthia Ganie-Rochman (Ahli sosiologi korupsi dan modal sosial).

Semua perempuan pilihan presiden ini berdasarkan kriteria seperti kompetensi, integritas, dan juga keberagaman keahlian.

Penulis mencoba menarik pilihan Jokowi itu dengan perkataan Imam Ali bin Abi Thalib yang menyebutkan, “Akal perempuan ada pada keindahannya, dan keindahan pria ada pada akalnya”.

Apa maksud perkataan Sang Imam? ini bukan menyifati manusia dengan dua sifat, karena jika akal pikiran perempuan terbatas pada keindahan atau kecantikan, maka hal tersebut merupakan penghinaan.

Begitu pula dengan keindahan atau ketampanan pria, jika itu berada pada akal pikirannya, maka ini pujian untuknya.

Yang dimaksud, bisa jadi adalah sebuah ketetapan atau gambaran positif, bukan dalam konteks memuji atau menghina.

Artinya, Perempuan mukallaf dan bertanggungjawab dihadapan Allah dapat menunjukkan akal dan pikirannya dengan kehalusan perasaannya, keindahan tutur katanya, dan kelembutan perilakunya, baik dalam berbicara, berdebat,bergaul, bercerita maupun dalam hal-hal lainnya.

Begitu pula dengan pria mukallaf, dia juga memiliki beban dan tanggungjawab. Dia dapat menunjukkan jiwa seninya dalam berfikir rasional (Ayatullah Jawadi Amuli).

Tentu saja banyak pihak yang bertanya-tanya, mamapukah 9 srikandi ini menyelesaikan tugasnya? dan dapatkan mereka menahan diri dari godaan duniawi yang bisa saja banyak tawaran atau iming-iming seperti berupa janji, jabatan, harta benda dan lainnya yang bisa membelokan tujuan pansel.

Dimana kultur wanita adalah lemah dan dapat saja dimanfaatkan pihak-pihak tertentu.

Semoga saja, sembilan Srikandi ini benar-benar bekerja atas nurani dan menjunjung tinggi wibawa dan perannya sebagai Ibu Pertiwi yang melahirkan anak-anak bangsa seperti kita harapkan semua.(SF-25052015)

Penulis: Presidium Pengamat Kebijakan Pemerintah (PKP), Syafruddin

Share