TRANSINDONESIA.CO – Booming akik bagai diaspora kini ada diman-mana dan menjadi isue hangat diberbagai kalangan. Dari pinggir jalan sampai kantoran akik menjadi perbincangan segar dan mengasikan. Booming akik bisa dijadikan model booming yang lainnya terutama yang berkaitan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pariwisata atau apa saja.
Booming yang terdahulu seperti ikan lohan, anthurium, aglonema dan berbagai jenis tumbuhan yang setelah booming hilang dari peredaran.
Akankah akik juga menguap? Booming semestinya dimanage dengan baik sehingga tetap bisa meningkat dan terus eksis.
Eksistensi dari booming perlu ada patronnya yang dapat menjadi bagian dan terus meningkat kualitasnya menjadi produk-produk unggulan.
Para pejabat atau tokoh-tokoh politik, pemimpin, pebisnis dapat menjadi patron untuk produk-produk seni,. Produk unggulan dalam negeri akan terbantu terus bertahan dan eksisnya booming sesuatu, dan terus dapat menumbuh kembangkan pada booming-booming lainya.
Booming yang terrs eksis akan menjadi ikon, dapat dibandingkan dengan apa yang dibuat Jepang dari seninya seperti, origami (melipat kertas), ike bana (merangkai bunga), bonzai (tanaman kerdil dalam pot), suiseki (batu alam), uki e yo (seni lukis cetak kayu), kabuki (teater wayang), manga (komik ) dan belum lagi dari teknologi, IT, bisnis dan sebagainya.
Political will, dukungan dari para pemangku kepentingan dan apresiasi yang tinggi akan menjadikan booming menjurus pada ikon.
Seni mengapresiasi akan menjadi bagian dari pelestarian, peningkatan bahkan pemasaran yang terus dapat mendunia.(CDL-Jkt160515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana