TRANSINDONESIA.CO – Tanah Karo dikenal sebagai tanah pahlawan, dan sejarah dimana banyak tumbuh pahlawan – pahlawan sampai pahlawan nasional. Seperti Djamin Gintings, Kiras Bangun, Sigara Mata dan yang lainnya. Pengasingan Presiden RI pertama Ir. Soekarno di kota Berastagi Kab. Karo Sumatera Utara.
Hingga surat pernyataan buat pejuang Tanah Karo 1948 yang ditulis tangan langsung oleh wakil Presiden pertama Mohammad Hatta.
“Sejauh ini kita masih aktif terus memberikan motivasi serta cerita – cerita perjuangan yang pernah terjadi di Tanah Karo guna mewariskan kepada generasi muda. Mulai dari luas Tanah Karo dan arti perbedaan dengan Kabupaten Karo,”ungkap Wara Sinuhaji, didampinggi LVRI Sumut, Drs Muhammad TWH dan Prof. Usman Pelly, Ph.D saat berlangsungnya seminar mengali dan mewariskan nilai – nilai heroisme dan moralitas kejuangan di Tanah Karo.
Wara Sinuhaji mengatakan, begitu banyak pejuang yang lahir di Tanah Karo. Seperti Djamin Gintings, dan Kiras Bangun. Dimana pahlawan tersebut diakui, seperti diabadikan nama mereka menjadi nama jalan serta monument bagi para pahlawan tersebut. Banyak juga yang belum mengetahui arti perbedaan Tanah Karo dengan Kab. Karo. Tanah Karo adalah tanah sejarah dalam ilmu sejarah dengan jumlah areal tanah yang sangat luas, melingkupi Kab. Karo, Langkat, Dairi dan Simalunggun. Sementara Kab. Karo hanya wilayah mewakili 17 Kecamatan yang ada.
LVRI Sumut, Drs Muhammad TWH mengatakan, ketika Bung Karno, Sutan Syahrir dan H. Agus Salim ditawan Belanda di pasanggrahan Berastagi pada bulan Desember 1948. Sangat banyak kejadian, mulai dari Bung Karno hendak disuap dengan uang Golden sebanyak satu peti hingga dirinya akan diracunin bangsa Belanda, dan digagalkan oleh pelayannya Karno Sobiran.
“Sebelum Bung Karno diasingkan di pasanggrahan Berastagi, pada 01 Januari 1948 wakil Presiden Bung Hatta dari Bukit Tinggi menulis dalam sebuah surat kepada warga Tanah Karo agar terus melakukan perjuangan melawan gerilya. Dari jauh kami memperhatikan saudara – saudara yang begitu hebat untuk mempertahankan tanah tumpah darah kita yang suci dari serangan musuh. Kami sedih merasakan penderitaan saudara – saudara yang rumah dan kampung halaman habis terbakar dan musuh melebarkan daerah perampasan secara ganas, sekalipun cease fire sudah diperintahkan oleh Dewan Keamanan UNO,”ugkap Drs Muhammad TWH menyatakan tulisan Bung Hatta.
Namun, disitu juga Bung Hatta tidak pernah menyurutkan perjuangan yang terjadi di Tanah Karo. Meski gencetan musuh terus – terusan melakukan aksi peperangan, dirinya menyatakan semboyang yang sangat jitu ‘Sekali Merdeka Tetap Merdeka’.
Prof. Usman Pelly Ph.D Antropolog menegaskan, Negara bangsa (nation state) berbeda dengan Negara etnik (etnik state). Indonesia adalah Negara yang didirikan dalam sumpah pemuda (1928) oleh kelompok – kelompok etnik. Sedang Negara etnik adalah Negara kepunyaan entnik tertentu seperti Thailand dan Jepang. Negara (state) diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
“Dalam Negara bangsa, setiap kelompok etnik merasa memiliki saham yang sama dengan yang lain. Karena kesadaran, kesetiaan dan kemauan mempertahankan bangsa dimiliki oleh setiap kelompok etnis. Disinilah akar nasionalisme dan heroisme atau patriotisme itu muncul dengan dinamika tersendiri. Mati dalam pertempuran di Tanah Karo, artinya mati membela tanah airnya sendiri,” ucapnya.
Ketua Panitia dan LSM Tanah Karo Hebat, Hanna br Bangun menyatakan, kita berharap dengan mengadakan seminar bisa bangkitkan kembali jiwa perjuangan. Mengingat kemerosotan moral, terjadi pada diri anak bangsa kita. Seperti maraknya peredaran narkoba serta penyakit HIV AIDS meraja rela.(deb/don)
Ini Surat Pujian Mohammad Hatta Kepada Rakyat Karo:
Bukittinggi, 1 Januari 1948
“Kepada Rakyat Tanah Karo Yang Kuncintai”.
Merdeka!
Dari jauh kami memperhatikan perjuangan Saudara-saudara yang begitu hebat untuk mempertahankan tanah tumpah darah kita yang suci dari serangan musuh. Kami sedih merasakan penderitaan Saudara-saudara yang rumah dan kampung halaman habis terbakar dan musuh melebarkan daerah perampasan secara ganas, sekalipun cease fire sudah diperintahkan oleh Dewan Keamanan UNO.
Tetapi sebaliknya kami merasa bangga dengan rakyat yang begitu sudi berkorban untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan kita.
Saya bangga dengan pemuda Karo yang berjuang membela tanah air sebagai putra Indonesia sejati. Rumah yang terbakar, boleh didirikan kembali, kampung yang hancur dapat dibangun lagi, tetapi kehormatan bangsa kalau hilang susah menimbulkannya. Dan sangat benar pendirian Saudara-saudara, biar habis segala-galanya asal kehormatan bangsa terpelihara dan cita-cita kemerdekaan tetap dibela sampai saat yang penghabisan. Demikian pulalah tekad Rakyat Indonesia seluruhnya. Rakyat yang begitu tekadnya tidak akan tenggelam, malahan pasti akan mencapai kemenangan cita-citanya.
Di atas kampung halaman saudara-saudara yang hangus akan bersinar kemudian cahaya kemerdekaan Indonesia dan akan tumbuh kelak bibit kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Karo, sebagai bagian dari pada Rakyat Indonesia yang satu yang tak dapat dibagi-bagi.
Kami sudahi pujian dan berterima kasih kami kepada Saudara-saudara dengan semboyan kita yang jitu itu: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.
Saudaramu,
MOHAMMAD HATTA
Wakil Presiden Republik Indonesia