Abu- Abu Wilayah Idola?

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO –Diantara terang dan gelam ada remang-remang, siang dan malam ada sore, laki-laki dan perempuan ada waria (banci), hitam dan putih ada abu-abu.

Jalan tengah memang paling disukai dan sering dipilih karena disinilah wilayah antara benar dan salah disatukan.

Tatkala dituntut untuk benar bisa menunjukan, tatkala menginginkan perkeliruan masih bisa dipelihara. Wilayah abuabu ini menjadi wilayah yang sangat rawan sebenarnya bisa saja sebagai bagian dari masa transisi yang serba rawan, karena disini kepura-puraan dan sebenarnya akan lebih condong kepada perkeliruan darepada kebenaran.

Otak waras, jiwa gila analogi bagi wilayah abu-abu yang sepertinya menjadi model pada kondisi panca roba.

Mau terang-terangan menyimpang tidak berani, mau memperbaiki apa daya semua masih menghendaki dan menginginkan perkeliruan.

Trans Global

Jadilah, “saya berjanji tidak akan berjanji lagi” atau “kesepahaman yang tidak disepakati”, ” kewarasan dalam kegilaan”.

Dampak suasana seperti ini adalah sulit memetakan mana baik dan benar, mana buruk dan salah. Karena semua sudah terlapisi casing-casing yang indah walau didalamnya telah busuk.

Bagai buah dengan formalin, menggoreng campur plastik. Kalau kondisi abu-abu menjadi idola dan terus dikembangkan tak akan lama kanker menggerogoti birokrasi dan tinggal menunggu saat mati.

Keluar dari wilayah abu-abu memang memerlukan nyali dan keberanian, sakit untuk melepas kecanduan akan perkeliruan dan sadar waras untuk menjadi baik dan benar. (CDL-Jkt080515)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share