TRANSINDONESIA.CO – Banyak oang yang bisa menulis, mengapa tidak menghasilkan karya tulis? Apakah salah didik di sekolah? Pendidikan gagal bila tidak menghasilkan lulusan yang bisa menulis.
Bukan salah lembaganya tetapi juga political will. Tak jarang para pemimpin, enggan membaca apalagi menulis, dengan lantang dan bangga mengatakan tidak perlu orang pandai yang penting lapangan.
Kelapangan atau meminjam istilah Presiden Joko Widodo sebagai blusukan tatkala tanpa modal pengetahuan yang cukup dan tanpa model dikepalanya sebenarnya kesia-siaan dan sebatas wisata.
Namun, tatkala dengan konsep dan teori yang cukup dan mempunyai model yang akan dibangun tugas-tugas dilapangan atau blusukan menjadi dasar dari sebuah pengumpulan data.
Yang dapat dihubung-hubungkan/dikonstruksikan/ didekonstruksi untuk menemukan/mengurai akar masalah dan menemukan solusinya,untuk mencegah, memperbaiki, meningkatkan bahkan membangun.
Sejarah dan peradaban manusia ada tumbuh dan berkembang karena ada yang mau menulis.
Kita dapat mengetahui tentang apa saja dari para pendahulu kita yang mau menulis seperti, Plato, Aris Toteles, Socrates, dan para filsufi-filsufi besar lainya.
Kitab-kitab suci seperti ajaran moral, spiritual hingga theologi sekalipun karena ada yang menulis.
Kisah epos Ramayana, Mahabarata, Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Sutasoma, Babad-Babad Jawa, Babad Diponegoro, Serat-serat Jongko Joyo Boyp. Dan ajaran-ajaran leluhur Ki Ronggo Warsito dan lainnya bias kita baca , nikmati dan pelajari karena ada bukunya.
Buku teks book , karya-karya tulis dari yang sederhana ssampai dengan yang elektronik sekarang ada.
Mengapa ada google, ada yahoo? Karena untuk menampung tulisan-tulisan dan informasi tertulis.
Tulisan Anne Frank yng berupa buku harian dapat dipahami dan dirasakan penderitaan zaman pendudukan Nazi Jerman.
Surat-surat Ibu Kartini juga menjadi bagian dari perjuanganya, mimpi, harapan dan kenyataanya.
Catatan-catatan Leonardo Da Vinci tentang kesehatan/ biologi dan anatomi tubuh, teknologi serta pemikiran-pemikiran lainya yang ditulisnya secara terbalik dan membacanya harus dengan kaca.
Seandainya dibuka dan dipelajari lebih awal, kemajuan di bidang kedokteran, teknologi mungkin bisa lebih maju 100 tahun. (CDL-040515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana