Krisis Kepercayaan

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Krisis kepercayaan merupakan dampak dari, ketidak profesionalan, KKN, arogansi sektoral, sistem birokrasi yang patrimonial, budaya masyarakat yang permisif terhadap berbagai bentuk penyimpangan atau pelanggaran, sistem edukasi yang mengejar hasil dan melupakan proses.

Kini diantara sesama anak bangsa sudah saling: membully, berebut, menyerang, bahkan saling membunuh.

Konteks ini bukan hanya secara fisik saja tetapi juga karakter, hidup dan kehidupanya. Melihat orang lain seakan sebagai musuh atau rivalnya yang seakan melumat dirinya. Apapun yang dilakukan akan dianggap menjebak atau didiskriminasi, dipersulit, diperas dan lainnya.

Sikap apatis atau masa bodoh cerminan dari kepasrahan atau keputusasaan terhadap situasi. Keinginan untuk pedulipun seakan menguap dan hilang.

Krisis kepercayaan berdampak pada kerapuhan baik dari konflik internal maupun gerusan-gerusan dari eksternal.

Tidak jali mempunyai jati diri dan karakter dan terus saja semakin melemah dan akhirnya bisa dikuasai oleh pihak-pihak yang mampu mendominasi dan dominan disemua lini maupun bidang.

Membangun kepercayaan memerlukan political will yang kuat, ketulusan hati, saling menghormati, ada penguatan atau pemberdayaan antar pemangku kepentingan, itadk saling menyakiti atau mempermalukan.

Peduli dan berbela rasa ini sebagai akar tumbuh dan berkembangnya sikap untuk saling memahami, bisa menerima dan untuk saling mempercayai.(CDL-Jkt170415)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment