TRANSINDONESIA.CO – Polda Metro Jaya menggerebek tempat prostitusi di Tower Herbras lantai delapan dan Tower Jasmine lantai lima Apartemen Kalibata City, pada Sabtu 25 April 2015. Menurut Komunitas Warga Kalibata City, prostitusi yang terungkap di kedua tower tersebut hanyalah sebagian kecil.
“Karena indikasi mengguritanya jaringan prostitusi di hampir semua tower (total ada 18 tower hunian) telah ada dan warga telah melaporkan indikasi tersebut ke berbagai pihak,” kata juru bicara komunitas, Umi Hanik, dalam siaran persnya, Selasa (28/4/2015).
Umi mengatakan, jika pengelola atau pengembang bersedia mengerahkan sumberdayanya dengan benar, idealnya jaringan prostitusi tersebut dapat segera diurai dan diputus. Sayangnya, pengelola/pengembang tidak melakukannya.
Mereka justru sibuk memata-matai, memusuhi, dan mengintimidasi warga yang aktif menuntut perbaikan lingkungan dengan menurunkan anjing pemburu, preman, dan pengintainya.
“Pengelola/pengembang menutup mata bahkan terkesan menutup-nutupi semua masalah dan indikasi sosial yang muncul,” jelasnya.
Bahkan, lanjut dia, warga yang aktif dituduh perusuh yang ingin menjelek-jelekkan nama Kalibata City. Meski yang disampaikan oleh warga adalah nyata-nyata ada dan terjadi di Kalibata City.
“Menurut saya Badan Pengelola Kalibata City adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas segala peristiwa kriminal dan prostitusi yang baru-baru ini terungkap,” kata dia lagi.
Umi melanjutkan, jaringan prostitusi yang sudah menggurita itu terdiri dari berbagai macam modus mulai dari pijit, spa, salon, dan lain-lain. Warga selalu menemukan brosur esek-esek bermodus pijat hampir tiap hari di pintu-pintu unitnya, sementara jika warga yang menyebarkan brosur edukasi dilarang dan dirobek-robek oleh petugas.
“Jadi andil pengelola/petugas cukup besar terhadap maraknya prostitusi di Kalibata City entah karena kesengajaan atau karena kelalaian. Kami sangat berharap pihak-pihak berwajib dapat memeriksa pengelola dan meminta pertanggungjawaban mereka,” tuturnya.(vv/nov)