Ini Anggaran ISIS untuk 2015

Militan ISIS melakukan parade kemenangan di kota Raqqa, Suriah.(rts)
Militan ISIS melakukan parade kemenangan di kota Raqqa, Suriah.(rts)

TRANSINDONESIA.CO – Ulama Mosul Sheikh Abu Saad al-Ansari membocorkan anggaran dana 2015 dari kelompok militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) pada media Qatar Al-Araby. Al-Ansari menyatakan anggaran dana ISIS memuat angka yang tergolong besar.

Al-Ansari memperkirakan anggaran ISIS pada tahun ini mencapai 2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 25 triliun. Dana sebesar ini diduga untuk menutupi upah dari para petarung ISIS maupun kompensasi bagi keluarga dari anggota ISIS yang sudah gugur.

Berdasarkan penuturan al-Ansari, para militan ISIS memiliki dana surplus sebesar 250 juta dolar AS (sekitar Rp 3 triliun). Saat ini, dana tersebut telah dialihkan untuk kebutuhan perang.

Yayasan anti radikalisasi di London, Quilliam, menyatakan anggaran sebesar Rp 25 triliun tersebut masuk akal. Akan tetapi, mereka memperkirakan bocoran tersebut kemungkinan tidak benar.

Yayasan Quilliam menyatakan ada beberapa pengumuman serupa yang dibuat dalam beberapa bulan terakhir. Menurut yayasan tersebut, ada maksud tertentu di balik adanya pengumuman seperti ini.

“Beberapa mencoba untuk membuat ISIS terlihat baik, beberapa mencoba untuk membuat ISIS terlihat buruk,” terang peneliti dari Yayasan Quilliam, Charlie Winter.

Winter menyatakan pengumuman yang dinyatakan oleh Al-Ansari merupakan pengumuman yang menarik. Akan tetapi, “bocoran” al-Ansari tersebut tidak muncul pada channel-channel resmi yang biasa digunakan ISIS untuk membuat pernyataan semacam ini.

Ia memperkirakan ada dua kemungkinan dibalik pernyataan Al-Ansari. Pertama, informasi tersebut bisa jadi merupakan informasi yang didapatkan dari orang dalam ISIS. Akan tetapi, ada juga kemungkinan bahwa informasi tersebut tidak benar.

Pendanaan ISIS itu sendiri telah menjadi hal yang diperdebatkan sejak tahun lalu, setelah International Business Times menyebut ISIS sebagai organisasi teroris terkaya. Salah satunya ialah laporan dari warga Kurdistan juga menyatakan kelompok militan ini menyerbu dan merebut ratusan juta pondsterling dari sebuah bank di Mosul, bagian utara Irak.

Akan tetapi, Financial Times menilai pencurian tersebut sebagai “pencurian bank terbesar yang tak pernah terjadi”. Pasalnya beberapa penduduk lokal memberi pernyataan bahwa bank yang bersangkutan tak pernah terlihat digerebek.

Newsweek sendiri melakukan investigasi yang komprehensif terkait kegiatan pengumpulan dana ISIS pada November lalu. Dari investigasi tersebut, Newsweek mengestimasikan ISIS mengumpulkan sekitar 6 juta dolar AS per harinya dari hasil menjarah, pajak, penculikan, ekspor minyak dan pasar gelap, serta pendanaan pribadi dari simpatisan Gulf.(rol/fen)

Share