Aksi Polisi Koboi 2014: Dor, 7 Tewas dan 20 Luka Tembak

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Aksi “Polisi Koboi” di tahun 2014 terjadi 13 kasus dengan korban tewas sebanyak 7 orang dan 20 luka tembak.

“Akibat ulah Polisi koboi itu, 27 orang jadi korban, 7 orang tewas dan 20 luka tembak,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam catatan akhir tahun 2014 di Jakarta, Kamis (25/12/2014).

Dari 13 kasus itu, ada enam peristiwa Polisi yang menembak rekannya sesama Polisi atau Polisi tertembak pistolnya sendiri. Namun secara umum, aksi Polisi koboi ini menurun drastis jika dibandingkan empat tahun sebelumnya.

“Jika dibandingkan tahun 2013 aksi koboi-koboian Polisi ini menurun drastis. Tahun 2013 ada 20 kasus, dengan korban 5 tewas dan 21 luka, yang 4 diantaranya polisi. Tahun 2012 ada 37 kasus, 17 orang tewas dan 32 luka. Tahun 2011 ada 97 orang yang jadi korban polisi koboi, 19 di antaranya tewas dan 78 luka,” terang Neta.

Turunnya aksi koboi-koboian Polisi ini kata Netam patut diapresiasi dan setidaknya kasus ini menunjukkan sudah adanya pengawasan dalam penggunaan senjata api dan adanya kesadaran di kalangan kepolisian untuk bersikap tertib dalam menggunakan senjata apinya.

Hanya saja lanjut Neta, di tahun 2014 ini aksi Polisi koboi yang menembak rekannya sesama Polisi atau Polisi tertembak pistolnya sendiri ada enam peristiwa, bahkan tiga di antaranya Polisi menembak atasannya karena merasa kesal dan tersinggung.

Aksi semberono 2014 itu terjadi mulai 17 Januari, saat Bripka HR anggota Tim Unit Narkoba Polsek Metro Kembangan, Polres Metro Jakarta Barat, secara semberono meletakkan pistolnya di atas meja sebuah warung. Tiba-tiba pitol itu meletus dan pelurunya menerjang Suwardi, pemilik warung.

Sedangkan aksi Polisi koboi terakhir di 2014 terjadi pada 8 Desember, dimana empat warga tewas tertembak dan 13 lainnya luka berat saat massa dikatakan hendak menyerang Polsek Enarotali, Polres Paniai, Polda Papua.

Sebagian besar aksi penembakan yang dilakukan Polisi koboi di 2014 adalah akibat persoalan sepele misalnya,  akibat senggolan atau akibat billing yang ditagih dinilai terlalu tinggi atau gara-gara tersinggung karena ditegur atasan.

“Melihat hal ini, di tahun 2015 nanti para Polisi yang menjadi atasan perlu dengan cermat mengontrol anak buahnya. Selain itu Polri perlu secara reguler melakukan psikotes bagi jajaran bawahnya yang memegang senjata api. Tujuannya agar aksi polisi koboi bisa dihindari,” kata Neta.(dam)

Share