Banjir Aceh: 120.966 Warga Mengungsi

Genangan air menutupi badan jalan di Aceh Tamiang.(ist)
Genangan air menutupi badan jalan di Aceh Tamiang.(ist)

TRANSINDONESIA.CO –  Meskipun BMKG menyatakan bahwa puncak hujan di Aceh sudah terlewati, yaitu sejak Oktober-November 2014, namun ancaman banjir tetap tinggi, tujuh kabupaten di Aceh terendam banjir sejak Minggu (21/12/2014) hingga saat ini.

“Tercatat banjir merendam 73 kecamatan di 7 kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Pidie, Lhokseumawe, dan Banda Aceh. Daerah yang parah terendam banjir adalah di Aceh Timur dan Aceh Utara yang mencapai tinggi 50-400 cm,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya pada Rabu (24/12/2014) malam.

Dari data sementara yang dihimpun oleh BPBD, jumlah pengungsi mencapai 120.966 jiwa (20.570 KK).  Di Aceh Timur banjir merendam 25.773 rumah di 276 desa (23 kecamatan) sehingga menyebabkan 59.488 jiwa (14.514 KK) mengungsi.

“Daerah yang terparah adalah Kec. Julok yang terendam banjir hingga ketinggian 2 meter. Sebanyak 5.743 jiwa warga 26 desa jiwa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi,” kaa Sutopo.

Sementara itu, banjir di Aceh Utara melanda 20 kecamatan sejak Jumat (19/12/2014), hingga saat ini masih dilakukan pendataan jumlah pengungsi. Banjir di Aceh Utara.

Banjir terjadi akibat sungai-sungai yang dangkal sehingga ketika hujan, debit sungai meluap. Selain hujan lokal, juga akibat hujan dari Kabupaten Bener Meriah dan Takengon.

BPBD Aceh Utara bersama TNI, Polri, SKPD, relawan dan masyarakat masih melakukan evakuasi warga yang terlanda banjir.

Bantuan logistik terus dikirimkan ke lokasi banjir. BPBD kesulitan untuk menuju lokasi banjir karena keterbatasan perahu karet, peralatan, logistik, kendaraan operasional dan luasnya wilayah yang terendam banjir. Kebutuhan mendesak adalah perahu karet, makanan siap saji, selimut, tikar, pakaian dan kebutuhan bayi dan anak.

Daerah di Aceh saat ini rentan terjadi banjir karena adanya sedimentasi di sungai akibat degradasi lingkungan. Perlu penanganan banjir secara komprehensif, baik struktural maupun non struktural agar banjir dapat diminimumkan risikonya.(don)

Share