Hongkong Bantah Gunakan Preman

Polisi Hongkong saat menangkap demonstran.
Polisi Hongkong saat menangkap demonstran.

TRANSINDONESIA.CO – Kepala keamanan Hongkong membantah pemerintah telah menggunakan geng triad menghadapi pemrotes prodemokrasi Sabtu (4/10/2014). Bantahan itu dilontarkan setelah ada tuduhan-tuduhan para preman dibayar untuk menimbulkan aksi-aksi kekerasan.

Dua distrik pertokoan tersibuk di kota itu berubah menjadi tempat aksi kekerasan Jumat (3/10/2014) sementara kelompok-kelompok yang tak disebutkan asal mereka menyasar para pemerotes yang telah membuat bagian-bagian Hongkong menjadi macet selama sepekan belakangan ini.

Para pendemo menuntut hak untuk mengajukan siapa yang dapat menjadi pemimpin mereka nanti pada pemilihan 2017. Beijing mengatakan hanya calon-calon yang telah disetujui akan dapat maju mengikuti pemilihan.

Cina menuding mereka yang mendukung kampanye demokrasi telah mengganggu stabilitas kota tersebut.

“Tindakan-tindakan yang diambil kepolisian Hongkong menangani gerakan Occupy Central merupakan suatu keperluan untuk melestarikan undang-undang,” demikian tajuk rencana di Harian Rakyat, corong Partai Komunis Tiongkok.

Dari 19 orang yang ditahan dalam bentrok-bentrok Jumat, polisi mengatakan delapan di antaranya tersangka anggota geng preman. Amnesty International menyalahkan polisi “yang diam saja dan tak melakukan apa-apa” untuk melindungi para pemrotes.

“Saya mendengar orang-orang telah mengatakan pemerintah tutup mata terhadap anggota-anggota preman atau bahkan bekerja sama dengan mereka,” kata Lai Tung-kwok, sekretaris keamanan kepada wartawan dengan nada marah. “Tudingan-tudingan ini dibuat dan sangat berlebihan,” kata dia.

Tetapi, Albert Ho, anggota parlemen dari demokrat, mengatakan polisi melakukan pembiaran atas kegiatan-kegiatan triad.

“Saya punya alasan untuk diyakini bahwa harus ada opsi bagi mereka yang berada di kekuasaan di Hongkong untuk melihat bahwa para pengunjuk rasa dibersihkan dari kawasan publik,” kata dia kepada lantor berita AFP.

Rekannya James To juga menunjuk ke arah penguasa. “Saya tak percaya polisi tidak dapat mengenali anggota geng triad,” kata dia seperti dikutip harian South China Morning Post.

“Pemerintah telah menggunakan, pasukan teroragnisasi dan bahkan geng-geng triad dalam usaha membubarkan warga.”

Geng-geng triad secara tradisonal terlibat dalam perdagangan obat terlarang, prostitusi dan kejahatan lain. Belakangan mereka erlibat dalam usaha-usaha sah seperti properti dan industri keuangan.(ant/rol/sis)

Share
Leave a comment