Ribuan Hektar Sawah Kering

Kemarau panjang membuat NTT krisis air.(dok)
Kemarau mengakibatkan ribuan sawah kering di Kalimantan Timur.(dok)

TRANSINDONESIA.CO – Ribuan hektare lahan persawahan yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, mengalami kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan melanda daerah itu.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Penajam Paser Utara, Joko Dwi Febrianto, Kamis (2/10/2014), mengatakan ribuan hektare sawah di daerah itu tidak bisa ditanami padi akibat mengalami kekeringan, padahal musim tanam tahun sebelumnya (2013) sudah dimulai pada September.

“Para petani tidak bisa menanam padi dan terpaksa menunggu musim hujan, sebab sawah mereka kekeringan akibat musim kering yang berkepanjangan. Kami tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menunggu musim hujan datang. Padahal, areal persawahan yang mengalami kekeringan itu sebagian besar panen dua kali dalam setahun,” ujarnya.

Sebelum memasuki kemarau, Joko Dwi Febrianto mengaku sudah meminta para petani untuk menanam tanaman lain selain padi dan terdapat 50 hektare yang ditanami kedelai dan sudah panen.

“Ada beberapa petani menanam kedelai saat kemarau ini. Tahun depan, Dinas Pertanian dan Peternakan akan menyarankan petani menanam jagung saat memasuki musim kering, sehingga mereka tidak mengalami kerugian,” katanya.

Terkait rencana untuk membangun pintu air di saluran primer setiap satu kilometer, Joko mengaku saat ini masih dalam tahap perencanaan.

Namun, pintu air tersebut, menurut dia, tetap tidak bisa menjadi solusi mengantisipasi kekeringan di areal persawahan.

“Pintu air tidak bisa jadi solusi, karena saluran primer tidak memiliki sumber air, sebab hanya mengandalkan air hujan,” ujar Joko.

Agar pasokan air tetap bisa terpenuhi meskipun kemarau, maka jalan satu-satunya, yakni dengan melakukan pembangunan bendung regulator di Sungai Talake, Kabupaten Paser.

“Dengan adanya bendung regulator tersebut, maka bisa memenuhi kebutuhan air untuk areal persawahan, khususnya di Kecamatan Babulu,” ujarnya.

Bahkan, ia mengungkapkan harapan untuk memasok air dari saluran primer juga tidak bisa dilakukan, karena saluran tersebut juga mengalami kekeringan.

Untuk wilayah yang paling parah mengalami kekeringan, lanjut dia, terjadi di Desa Sumber Sari dan Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu.

Ia mengaku belum mengetahui secara pasti mengenai adanya tanaman padi gaduh yang mengalami fuso atau gagal panen.

“Namun, bisa dipastikan ada sejumlah tanaman padi yang gagal panen karena mengalami kekeringan,” ungkap Joko Dwi Febrianto.(ant/tan)

Share