Keluarga Veteran Australia Peringati Hari Pembebasan

Keluarga veteran peringati pembebasan di Taman Makam Persemakmuran di kawasan Tantui, Kota Ambon.(dok)
Keluarga veteran peringati pembebasan di Taman Makam Persemakmuran dikawasan Tantui, Kota Ambon.(dok)

TRANSINDONESIA.CO – Sebanyak 23 anggota keluarga veteran tentara persemakmuran (Gull Force) asal Australia yang gugur pada Perang Dunia II menggelar upacara peringatan 69 tahun pembebasan anggota keluarga mereka dari tahanan Jepang tahun 1945.

Upacara peringatan yang berlangsung di Taman Makam Persemakmuran di kawasan Tantui, Kota Ambon, Rabu (10/9/2014), dipimpin langsung Presiden Organisasi Gull Force Des O’Brien.

Upacara peringatan tahun ini juga dihadiri Atase Pertahanan Angkatan Laut Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia Kolonel Katja Bizilj, Atase Pertahanan Angkatan Darat Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Kolonel Jonathan Steinbeck dan juga Sekretaris Komite Seni dan Budaya Pemerintah Kota Darwin-Australia Utara, Hayley Barich.

Rasa haru mengiringi upacara yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut saat lagu kebangsaan Australia “Advance Australian Fair” dinyanyikan paduan suara Getsemani Choir.

Masing-masing anggota keluarga termasuk Presiden Organisasi Gull Force Des O’Brien, Atase Pertahanan Angkatan Laut Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia Kolonel Katja Bizilj meletakkan karangan bunga pada tugu “Memorial Building Ambon” serta nisan makam anggota keluarga mereka.

Des O’Brien menegaskan peringatan pembebasan tentara Australia dilakukan setiap 10 September bertepatan dengan tanggal pembebasan keluarga mereka yang disandera Jepang pada 1945.

Keluarga veteran perang Australia datang ke Ambon setiap tahun untuk memperingatinya.

“Peringatan ini menjadi bagian sejarah dan memori keluarga kami yang tidak bisa dilupakan. Peristiwa ini akan terus dikenang sepanjang hidup kami,” katanya.

Des O’Brien mengaku senang karena kunjungan dan peringatan tahun ini bisa dihadiri Atase Pertahanan Angkatan Laut Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Kolonel Katja Bizilj, Atase Pertahanan Angkatan Darat Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Kolonel Jonathan Steinbeck dan juga Sekretaris Komite Seni dan Budaya Pemerintah Kota Darwin-Australia Utara, Hayley Barich.

“Saya juga senang karena sempat melihat anak-anak sekolah yang ramai membersihkan jalan-jalan di kota ini,” ujar Des O’Brien.

Rekan Des, Rob McDougal juga mengatakan diantara 23 keluarga veteran Australia yang datang ke Ambon saat ini, 17 diantaranya baru pernah berkunjung ke Ambon, sedangkan enam lainnya berkunjung setiap tahun.

Rob menambahkan keluarga veteran Australia juga melaksanakan sejumlah kegiatan sosial diantaranya memberikan bantuan untuk TW Tawiri, SDN 2 Hatiwe besar, SDN 4 Hatiwe Besar, RSUD Haulussy dan RS Sumber Hidup.

Kehadiran mereka pun sekaligus untuk mengenang persahabatan, kebaikan dan pertolongan warga di Ambon terhadap keluarga mereka saat menjadi tahanan tentara Jepang.

Sementara Rob McDougal mengaku wajah kota Ambon sebagai ibu kota provinsi Maluku telah mengalami banyak mengalami perubahan.

Keluarga veteran lainnya Sue Winnell mengaku terkesan dengan keramah tamahan warga Ambon saat menyambut kehadiran mereka.

Tugu Peringatan Tugu Memorial Building Ambon dibangun untuk memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur di Maluku, Sulawesi dan Kepulauan sekitarnya saat Perang Dunia (PD) II tahun 1941-1945 Ada diantara mereka yang belum diketahui dan ditemukan jenazahnya hingga saat ini.

Nama-nama mereka terpampang pada sisi kiri-kanan dinding bangunan Memorial Building Ambon, lengkap dengan pangkat, tanggal lahir dan umurnya saat gugur dalam PD II.

Rasa haru juga terlihat saat masing-masing keluarga melihat nisan keluarga mereka yang tertata serta terpelihara dengan baik di Taman Persemakmuran seluas empat hektar tersebut.

Tercatat sebanyak 694 orang tentara Australia dari total 1.131 orang tentara yang berasal dari Batalyon 2/21 Australia Gull Force gugur saat berperang melawan tentara Jepang di Ambon pada tahun 1941.

Para tentara yang meninggal dimakamkan di Taman Persemakmuran Tantui, sedangkan yang bisa selamat dan kembali ke negaranya sebanyak 232 orang.

Lokasi Taman Makam Persemakmuran “War Cemetery” di kawasan Tantui saat Perang Dunia II, merupakan lokasi kamp tahanan tentara negara-negara persemakmuran oleh tentara Jepang.

Lokasi makam Persemakmuran juga merupakan kamp militer tentara Australia saat 1.131 personil Gull Force mendarat di Ambon pada bulan Desember 1941.

Ketika Jepang mendarat tahun 1942, pasukan Gull Force terpukul mundur karena kekuatan yang tidak seimbang. Gull Force hanya satu batalion sedangkan pasukan Jepang yang datang 30 batalion.

Pasukan Gull Force memilih mundur dan membangun kubu pertahanan di Dusun Erie, Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Mereka mengira pasukan Jepang akan masuk dari arah Tanjung Allang, sehingga mempersiapkan penggempuran tentara Jepang dari laut. Tetapi perkiraan tentara Australia ini meleset.

Tentara Jepang tidak masuk melalui Tanjung Allang tetapi dari arah jasirah Leitimur Pulau Ambon. Jepang melabuhkan kapal-kapal perang mereka di pantai Hutumuri dan Hukurila, kemudian masuk ke kota melalui desa-desa di pegunungan.

Gull Force akhirnya menyerah tetapi terlebih dulu menyembunyikan separuh persenjataan mereka di kawasan Gunung Nona yang menjadi kubu pertahanan terakhir. Mereka ditawan oleh Jepang di bekas barak mereka di Tantui. Banyak tentara Australia yang meninggal ditawan Jepang, karena kelaparan dan dieksekusi mati.

Saat ditawan tentara-tentara Australia ini sering diberikan makanan secara diam-diam oleh penduduk sekitar kamp tahanan. Banyak juga tentara Australia yang melarikan diri dari kamp tahanan.

Saat Perang Dunia II berakhir, pasukan Gull Force yang tersisa di kamp hanya 200 orang. Pemerintah Australia mengirimkan kapal perang untuk membawa sisa pasukan mereka pulang ke negara Kangguru itu. Sedikitnya 694 Tentara Gull Force yang meninggal di Ambon dimakamkan di taman makam ini.(ant/kum)

Share
Leave a comment