TRANSINDONESIA.CO – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Ternate, Maluku Utara (Malut), meminta agar pihak terkait bisa merahasiakan identitas penderita HIV/AIDS di Ternate yang saat ini jumlahnya makin meningkat.
Ketua IDI Cabang Kota Ternate Alwia Assagaf ketika dihubungi mengatakan di Ternate, Jumat (22/8/2014), kalau ada pasien penderita HIV/AIDS tidak ditangani oleh puskesmas tetapi langsung dirujuk ke puskesmas harus dirahasiakan identitasnya
Alwia Assagaf yang juga Kepala Puskesmas Siko meminta, kalaupun ada pasien yang menderita mengarah ke HIV/AIDS itu puskesmas merujuk langsung ke RSU.
Akan tetapi, kalaupun pasien tersebut positif HIV/AIDS tak akan dipublikasikan, karena itu menyangkut dengan hak asasi pasien, sehingga untuk puskesmas Siko merujuk pasien yang mengarah ke penderita HIV/AIDS dirujuk ke klinik Yasmin RSU Ternate.
Mengingat, klinik Yasmin juga tidak bisa mempublikasikan privasi individu pasien penderita HIV/AIDS, karena itu sangat dilarang, sehingga pihak klinik ataupun RSU harus menjaga kerahasian pasien, misalnya pasien yang dikirim positif penderita HIV/AIDS, maka yang mengetahui hanya pasien dan dokter yang menangani.
Sementara itu, dari Dinas Kesehatan kemudian memperoleh data dari klinik-klinik tersebut di RSU, tapi hanya mengetahui angka atau jumlah pasien penderita HIV/AIDS tidak bisa publikasikan identitas pasien.
Sehingga, di klinik tersebut menangani infeksi menular seksual dan HIV/AIDS, sehingga jika penderita HIV puskesmas tidak mengetahui hal itu karena ditangani langsung di klinik karena tidak ada obat di puskesmas.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate, mencatat sedikitnya 190 orang saat ini telah tertular virus HIV/AIDS di kota Ternate. Angka ini meningkat signifikan dibanding tahun lalu yang hanya mencapai 148 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate, Nurbaity Radjabesi ketika dikonfirmasi menyatakan, trend peningkatan penyebaran virus mematikan tersebut, ditemukan berkat kerja keras petugas lapangan yang saat ini, gencar melakukan identifikasi maupun sosialisasi baik di sekolah maupun di lingkungan kelurahan.
“Data terkahir yang dimiliki Dinkes, ada sekitar 20 penderita baru yang ditemukan sejak bulan Maret hingga Juni 2014,” kata Nurbaity.(ant/kum)