71 Persen Pemotor Mudik Kecelakaan

mudik-lebaran-bisa-bawa-penyakit Puncak mudik rawan kecelakaan lalulintas terutama para pemotor.(dok)

 

TRANSINDOENSIA.CO – Kasus kecelakaan dan fatalitas pesepeda motor masih cukup tinggi selama mudik Lebaran tahun lalu. Untuk itu, pemerintah dan pebisnis sepeda motor mengajak para pemudik tetap waspada.

Data Korlantas Mabes Polri menyebutkan, saat arus mudik 2013, yakni H-7 hingga H+7 atau 15 hari, keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan mencapai 71 persen. Angka itu setara dengan 163 kasus per hari, sedangkan korban tewas dari pesepeda motor mencapai sekitar 21 jiwa per hari.

“Kami mengajak pemudik lebih waspada,” ujar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, di sela diskusi Mudik Selamat, Meredam Petaka Jalan Raya yang digelar Independent Bikers Club (IBC) di Jakarta.

Bambang mengatakan, ada lima aspek utama dalam mengatasi permasalahan mudik. Kelima aspek itu mencakup keamanan, keselamatan, keterjangkauan, dan kultural. Dua aspek di antaranya, yakni keamanan dan keselamatan merupakan faktor vital yang wajib diwaspadai ketika mudik.

“Secara umum, upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menekan kecelakaan antara lain penerapan sepeda motor di jalur lambat, pembuatan jalur khusus sepeda motor, ruang henti khusus sepeda motor,” kata dia.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata mengatakan, sepeda motor menjadi transportasi mudik yang mudah dan murah. Selain itu, kendaraan roda dua dapat digunakan sebagai sarana transportasi saat di kampung.

“Sebagian masyarakat juga menjadikan motor sebagai hadiah bagi keluarga di kampung,” ujar Gunadi.

Dia melanjutkan, mudik dengan motor tidak perlu dihambat. Namun, diperlukan sarana angkutan nonmotor yang cukup. Jika hal itu terpenuhi, masyarakat akan lebih memilih transportasi massal yang murah dan nyaman.

Saat ini, dia mengatakan, pemudik terpaksa menggunakan motor lantaran sarana transportasi massal tidak mencukupi. Dia mengakui, angka kecelakaan yang melibatkan motor masih tinggi.

Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, seperti tidak memiliki SIM, mengemudi tanpa helm, modifikasi lampu, dan cara berkendara yang ugal-ugalan. Kondisi infrastruktur yang tidak memadai juga menjadi salah satu pemicunya.

Dia mencatat, panjang jalan hanya 447 ribu km, masih jauh di bawah negara tetangga. Pertumbuhan jalan dan kendaraan bermotor sangat timpang, yang 11 persen dan 0,1 persen. Selama ini, APBN dikuras untuk membiayai subsidi bensin yang nilainya mencapai Rp300 triliun per tahun.

Saat ini, populasi sepeda motor di Indonesia mencapai 83,6 juta unit, mobil 11,2 juta unit, truk 5,6 juta unit, dan bus 2,2 juta unit. Jumlah ini bakal terus bertambah seiring masih besarnya ruang pertumbuhan pasar otomotif Indonesia.

Beberapa langkah yang dilakukan AISI, kata dia, antara lain kerja sama internasional untuk peningkatan keselamatan jalan dengan beberapa institusi global.

AISI, kata dia, juga melakukan uji teknis ketat sepeda motor yang jendak dijual, meliputi laboratorium emisi gas buang, pengujian kebisingan, akselerasi, dan idle test.

Khusus untuk mudik, beberapa angota AISI juga menggelar mudik dan balik bareng. Pemilik sepeda motor diangkut bus, sedangkan motornya diangkut truk.

Deputy Head of Corporate Communication PT Astra Honda Motor Ahmad Muhibbuddin mengatakan, selaku pelaku industri sepeda motor, AHM secara konsisten berusaha memberikan fasilitas mudik yang aman dan nyaman dengan menyelenggarakan mudik bareng bagi pengendara sepeda motor.

“Kami mengangkut sepeda motornya dengan truk ekspedisi dan pemilikinya kami berangkatkan dengan bus eksekutif,” katanya.

Tahun ini, Honda memberangkatkan 1.200 sepeda motor Honda dan 2.400 pemudik dengan kota tujuan mudik yaitu Semarang dan Yogyakarta. “Untuk arus balik kami juga fasilitasi dengan cara yang sama melalui rute Yogyakarta-Jakarta,” ujar Muhib.

Arus balik rawan

Ketua Umum Road Safety Association (RSA) Indonesia Edo Rusyanto, saat Lebaran yang perlu dicermati tidak hanya arus mudik, tapi arus balik, yakni ketika perjalanan kembali ke kota asal. “Maklum, sekitar 44 persen kecelakaan Lebaran terjadi pada periode arus balik, itu yang terbesar. Selama arus mudik menyumbang 42 persen,” ujarnya.

Sedangkan untuk menekan fatalitas kecelakaan, sinergi antara para pemangku kepentingan keselamatan jalan selama mudik Lebaran, mesti terus dipertahankan sepanjang tahun. Dia mengingatkan bahwa saat periode mudik fatalitas turun 31 persen jika dibandingkan periode sepanjang tahun.

“Selama mudik tiap hari rata-rata 50 jiwa tewas,” kata Edo Rusyanto.(vvn/sof)

Share
Leave a comment