TRANSINDONESIA.CO – Calon presiden (capres) Prabowo Subianto tidak bisa menerima hasil penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) soal Pilpres.
Pasalnya dalam pelaksanaanya masih terdapat kecurangan yang dilakukan secara masif dan sistematis. Bahkan pelaksana Pemilu seperti KPU terlibat di dalamnya.
“Dalam pemilihan presiden yang lalu ternyata kita temukan kecurangan-kecurangan yang terlalu banyak, masif, sistematis. Kita juga mengalami bahwa penyelenggara pemilu tidak adil memihak salah satu kontestan,” ujar Prabowo dalam pernyataanya di akun youtube pribadinya yang dikutip, Sabtu (26/7/2014).
Menurutnya, proses demokrasi di Indonesia harus benar-benar berjalan dengan baik dan jujur. Sehingga mandat yang diberikan dari rakyat nanti benar-benar mewakili pilihan rakyat Indonesia.
“Bahwa mandat yang diberikan dari rakyat kepada siapapun, bahwa mandat itu harus diberikan secara benar-benar, adil, terbuka, bersih, jujur,” imbuhnya.
Prabowo mengatakan, kecurangan-kecurangan tersebut sudah pernah disampaikannya melalui timnya yang memantau langsung proses rekapitulasi. Namun KPU sebagai penyelenggara Pemilu dan Pilpres seakan menutup mata dengan praktik-praktik kecurangan tersebut.
Dia menilai, yang paling terlihat ketidaknetralan KPU saat rekomendasi Bawaslu tidak dijalankan dengan baik dan menganggapnya.
“Karena itu dengan sangat sedih dan sangat menyesal kami mengatakan pemilu ini sesungguhnya gagal. Pemilu ini tidak sah, bahwa Pilpres ini melanggar kaidah-kaidah demokrasi,” tegasnya.
Prabowo menambahkan, dengan kecurangan tersebut dan kegagalan demokrasi, maka wajar jika dirinya tak mau mengakui kemenangan pihak tertentu di Pilpres kemarin.
“Bahwa apabila kita merestui keputusan ini berarti kita merestui sebuah kecurangan, sebuah kobohongan, sebuah ketidak benaran,” tandasnya.(ini/sof)