Duka Keluarga MH17: Penyesalan Tak Gubris Firasat Anak

keluarga-korban-mh17-saudara-vina-panuwinata Keluarga korban MH17.(cnn)

 

TRANSINDONESIA.CO – Firasat kadang datang, saat hati merasa tidak enak, merasa ada hal buruk yang akan terjadi. Itu yang dirasakan saat keponakan artis Vina Panuwinata hendak terbang menggunakan pesawat Malaysia Airlines MH17, rute Amsterdam-Kuala Lumpur.

Dua bersaudara itu, Miguel dan Shaka menjadi korban dalam kecelakaan pesawat MH17. Mereka naik Boeing 777-200 milik maskapai negeri jiran itu untuk bertemu keluarga di Bali sekaligus berlibur.

Ibunda dari dua anak tersebut pun menyampaikan penyesalannya, karena tak menggubris kekhawatiran putra bungsunya sebelum pesawat lepas landas.

Dikutip dari CNN, Kamis (24/7/2014), Miguel yang masih berusia 10 tahun dan kakaknya Shaka berusia 19 tahun diantar oleh ibu mereka, Samira Calehr ke Bandara Schiphol, Amsterdam.

Namun entah kenapa, hanya beberapa jam lagi sebelum pesawat lepas landas, Shaka mengatakan bahwa ia merasa gugup. Hal itu disampaikannya, sesaat setelah ia selesai melakukan pemeriksaan paspor.

“Mama, I love you. I’m happy to see Oma, but I’m going to miss you, and what happens when the plane will crash’?” ucap Samira menirukan perkataan Miguel yang bertanya, apa yang bakal terjadi jika pesawat celaka.

“Come on, don’t be silly, you’ve been traveling already so many times. Everything’s going to be OK,” jawab Samira menenangkan Miguel ketika itu. Toh anaknya sudah sering bepergian jauh, semua akan baik-baik saja.

Karena Samira merasa semua anak yang akan pergi berlibur dengan pesawat pasti pernah mengalami hal serupa, ia pun santai menanggapinya.

Tetapi sekarang, Samira justru menyesal tak mendengar firasat anaknya. Dia merasa seharusnya bisa lebih memperhatikan kekhawatiran anaknya.

“Seandainya saya bisa memutar ulang waktu. Saya tidak mendengarnya. Saya tidak tahu, saya tidak bisa berkata apa-apa lagi,” tuturnya.

Kini ia masih tak percaya dengan yang terjadi dan menyesalinya.

“Mengapa mereka tidak mencabut nyawaku saja? Anak-anak itu masih terlalu muda, mereka seharusnya masih memiliki masa depan. Mengapa harus anak-anak dan mengapa bukan aku saja?,” kata dia.

Seharusnya, ada saudara laki-laki dari kedua anak malang itu bernama Mika yang juga ikut terbang, namun dia tak mendapatkan tiket. Justru karena itu lah ia selamat.

Kakak laki-laki Samira, yang bernama Harun, mengatakan kepada CNN bahwa keponakannya yang bernama Mika adalah anak yang berani, persis seperti ibu dan neneknya.

“Mereka masih sangat terguncang. Satu menit mereka benar-benar linglung, menit berikutnya mereka tersenyum, dan mengenang hal-hal baik yang ia lakukan bersama 2 saudaranya,” tuturnya.

Yasmine Calehr, nenek dari anak-anak tersebut juga menuturkan bahwa keluarga mereka tengah patah hati. Banyak orang terpukul dan merasa sangat kehilangan, tetapi keluarga merasa bahwa separuh jiwa mereka ikut pergi juga.

Sekarang, mereka sedang fokus untuk memastikan bahwa jasad keduakorban tersebut di pulangkan ke Belanda agar dapat di segera disemayamkan di tempat peristirahatan terakhirnya.

Mika, sebagai satu-satunya saudara yang masih hidup mengatakan bahwa dirinya telah kehilangan teman terbaik. Tetapi ikatan persaudaraan mereka selamanya tak akan berakhir.

“Rasanya seperti mereka sudah menyatu dengan saya sekarang. Mereka adalah teman sekaligus saudara terbaik bagi saya, dan saya merasa sepertinya mereka akan selalu menjaga saya selamanya.” ujar Mika sedih.(lp/sis)

Share