Mengapa Kedua Kubu Capres Diam?

ratna-sarumpaetRatna Sarumpaet.(ist)

TRANSINDOENSIA.CO  – Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menghabiskan puluhan hingga ratusan miliar untuk membuat iklan dengan slogan “Suaramu Menentukan Nasib Bangsa Ke Depan”.

Tetapi mengapa rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta yang meminta pemungutan ulang di 5.800 Tempat Pemungutan Suara (TPS) ditolak.

Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Ketua Majelis Kedaulatan rakyat Indonesia (MKRI), Ratna Sarumpaet dalam pernyataannya, kepada pers, Senin (21/7/2014), terkait hal yang disebutnya sebagi keanehan yang mengiringi proses Pilpres 2014.

“Mengapa KPU bersikeras akan mengumumkan hasil pemungutan suara tanggal 22 Juli  dan kedua kubu capres diam, padahal di 5.800 TPS itu pendukung keduanya terlibat,” ujar dia.

Ratna menambahkan, katakanlah kubu Jokowi diam karena merasa sudah sukses menggiring opini dan merasa menang. Tetapi kenapa kubu Merah Putih ikut diam?

“Kenapa Merah Putih tidak menolak tegas sikap KPU yang otoriter, toh UU Pemilu mengatur masa penghitungan suara 30 hari, yakni hingga 8 Agustus 2014,” ujar aktivis HAM ini.

Dalam pandangannya, jika ingin Pilpres yang berkualitas, seharusnya kedua kubu all out menuntut KPU untuk menunda pengumuman hasil pemungutan suara demi membela hak suara rakyat yang dicurangi.

“Kenapa pula setelah 2 bulan lebih rakyat diintimidasi berita-berita manipulatif konflik politik antar kubu capres, kedua kubu dalam 2 hari terakhir mendadak kompak menyerukan damai, lupa ada jutaan rakyat dicurangi dan tidak dibela,” ujar dia.

Dengan sikap otoriter KPU, sambung Ratna, nasib bangsa tidak lagi ditentukan suara rakyat seperti bunyi iklan KPU tersebut. Tetapi ditentukan kelakuan otoriter KPU. Untuk itu, seru dia, rakyat Indonesia di kubu mana pun, termasuk yang golput, wajib menolak.

“Pilpres tidak semata persoalan menang kalah capres, tapi persoalan masa depan bangsa dan seluruh rakyat Indonesia. Inti demokrasi dalam pemilu seliberal apa pun  adalah keadilan. Bukan perdamaian yang mengabaikan keadilan,” tandas Ratna.(fer)

Share