Suasana di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
TRANSINDOENSIA.CO – Untuk meningkatkan produktivitas, sejumlah pekerja sektor publik dan swasta meminta pemerintah untuk meninjau jam kerja bagi umat Islam di Ramadhan, termasuk melihat pergeseran malam. Kepada Arab News, Minggu (13/7/2014), mereka mengatakan bahwa peninjauan tersebut harus memperhitungkan perubahan rutinitas dan jam tidur pekerja selama bulan puasa.
Mereka mengungkapkan, kantor pemerintah sampai saat ini masih menyediakan pelayanan yang minim kepada pekerja selama Raamdhan. Salah seorang pekerja di sebuah perusahaan swasta Ali Hazaa mengatakan, dirinya menemukan kesulitan untuk membiasakan diri dengan jadwal kerja yang berbeda di bulan Ramadan. Ia juga mengaku tidak bisa tidur lebih awal. Makanya, kurang tidur membuatnya lesu ketika bekerja.
“Akan lebih baik untuk Ramadhan menjadi hari libur bagi seluruh karyawan,” kata dia.
Alasannya, agar para pekerja dapat memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi kewajiban agama. Atau jika tidak, ia meminta diberlakukan shift malam sehingga mereka dapat mengkoordinasikan pekerjaan mereka dan mencegah penundaan. Pekerja lainnya, Saleh Al-Hamadi sepakat, agar jam kerja dipindahkan menjadi malam hari selama bulan Ramadhan. Tujuannya agar para staf tidak malas dan dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik.
Hal berbeda diungkapkan pekerja lainnya Hassan Alqani. Menurutnya, Ramadhan sama sekali tidak mempengaruhi produktivitasnya. Namun ia tetap mendukung aspirasi dan kebutuhan karyawan dalam bekerja selama Ramadhan.
“Mungkin masa kerja harus dikurangi menjadi dua minggu selama Ramadhan agar individu cukup waktu untuk mengurus kewajiban sosial dan agama mereka, terutama selama 10 hari terakhir Ramadhan,” kata dia. Ia mengatakan, alasan besar para pekerja yang lelah dan memilih tidak bekerja adalah karena mereka harus menyesuaikan diri dengan rutinitas baru, terutama pada awal Ramadhan.(rep/fen)