Renegosiasi, Harga Gas Tangguh Naik dari 3,3 Dolar AS ke 8 Dolar AS

gas-tangguh-lng

TRANSINDONESIA.CO –  Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berhasil merenegosiasikan kenaikan harga jual Gas Tangguh dari sebelumnya 3,3 dolar AS menjadi 8 dolar AS per MMBTU. Negosiasi penjualan gas alam dari ladang Tangguh di Papua Barat ke perusahaan China Nabtional Offshore Oil Corporation (CNOOC) telah rampung.

Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan hal itu dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Senin (30/6/2014) siang, seusai rapat terbatas bidang ekonomi yang dipimpin Presiden SBY.

“Harga Gas Tangguh naik cukup signifikan dan tidak tetap, yaitu dengan mengikuti harga minyak dunia. Ini menjadi good news untuk pemerintah ke depan,” kata Menteri ESDM Jero Wacik.

Jero Wacik menjelaskan, pada tahun 2002 harga Gas Tangguh dipatok sebesar 5,5 persen x Japan Crude Cocktail (JCC) atau berdasarkan harga minyak di Jepang. Saat itu, lanjut Jero, harga JCC dipatok maksimal 26 per barel.

“Itulah yang membuat harga gas kita sangat rendah. Pada waktu itu harganya hanya 2,7 dolar AS MMBTU. Itu berlangsung lama,” ujar Wacik.

Dengan harga 2,7 dolar, lanjut Menteri Wacik, pemerintah hanya mendapat pemasukan per tahunya rata-rata Rp3,1 triliun hingga 20 tahun mendatang (2034). Dengan disepakatinya harga baru yang bersifat progresif, pemasukan negara meningkat signifikan menjadi rata-rata Rp12,5 triliun per tahun hingga berakhirnya masa kontrak.

LNG (liquid natural gas) Tangguh adalah megaproyek kilang LNG untuk menampung gas alam yang berasal dari beberapa Blok di sekitar Teluk Bintuni, Papua Barat. Blok-blok tersebut adalah Berau, Wiriagar, dan Muturi. Sementara itu, pembeli di Fujian adalah CNOOC. Kontrak Gas Tangguh ke Provinsi Fujian ditandatangani pada tahun 2002 pada masa kepemimpinan Presiden Megawati. Saat itu, Indonesia berkomitmen memasok gas mulai tahun 2009 sebesar 2,6 juta ton per tahun, selama 20 tahun.(pri/met)

Share
Leave a comment