Akibat Pencemaran Lingkungan, Burung Ini Mati dengan Perut Berisi Plastik

burung-makan-plastikSeekor burung mati dengan berbagai bijian plastik terdapat didalam perutnya.

 

TRANSINDONESIA.CO – Fotografer Chris Jordan, yang mengkhususkan diri dalam karya skala besar yang menggambarkan besarnya konsumerisme dan dampaknya terhadap lingkungan kita, telah membawa kita gambar-gambar yang menyayat hati burung dibunuh oleh menelan plastik yang semakin mencemari lautan kita.

Dikutip dari Amusing Planet, Minggu (22/6/2014), selama tiga tahun, fotografer yang berbasis di Seattle dan kru kecil cinematographers telah syuting hidup elang dan berkembang biak di Pulau Midway Atoll, di Pasifik, lebih dari 2.400 mil dari Alaska.

Burung-burung, yang biasanya memakan cumi-cumi dan hewan lain yang berenang di dekat permukaan air di malam hari, yang malah sengaja menelan potongan plastik yang mengambang, sering salah mereka untuk makanan, yang sekarang sampah lautan di dunia. Burung-burung kemudian kembali ke pulau, memuntahkan plastik dan memberikannya pada anak-anak mereka.

Dari 500.000 anak ayam albatros lahir di sini setiap tahun, sekitar 200.000 meninggal, sebagian besar dari dehidrasi atau kelaparan. Anak ayam yang mati dari orang-orang penyebab memiliki dua kali lebih banyak plastik dalam perut mereka sebagai orang-orang yang mati karena alasan lain. Plastik tusukan perut burung, membuat luka yang mengancam jiwa. Lain kali mereka mati karena tersedak, dehidrasi atau kelaparan plastik daun sedikit ruang untuk air atau makanan.

20 ton sampah plastik berakhir di Midway setiap tahun dan lima ton yang diumpankan ke anak ayam. Selain, studi albatros telah menunjukkan hingga 1 juta burung laut tersedak atau terjerat dalam jaring plastik atau sampah setiap tahun. Sekitar 100.000 segel, singa laut, paus, lumba-lumba, mamalia laut dan penyu lainnya mengalami nasib yang sama.

Midway Atoll merupakan habitat kritis di Samudera Pasifik. Tiga juta burung laut dan 250 spesies laut yang berbeda mengisi pulau, karang dan laguna dekatnya. Ini adalah rumah musim dingin untuk sebagian besar populasi dunia yang tersisa dari Laysan, elang hitam berkaki, dan berekor pendek, serta empat belas spesies lain dari burung laut. Kritis terancam punah segel biarawan Hawaii, penyu hijau dan sekitar 300 spinner lumba-lumba menyebutnya surga terpencil rumah mereka.(amp/sis)

Share